REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi mengatakan bila Amerika Serikat (AS) kembali bergabung ke kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), maka akan menjadi langkah salah. JCPOA, kesepakatan antara Iran dan lima plus satu kekuatan besar dunia ditandatangani pada 2015, namun AS dibawah Donald Trump keluar dari perjanjian itu.
Pernyataan ini tampaknya menjadi sinyal untuk pemerintah Presiden AS Joe Biden agar berhati-hati dalam melakukan tindakan diplomatik apapun dengan Iran. Jarang petinggi militer Israel memberikan komentar mengenai kebijakan AS dan tampaknya komentar ini sudah disetujui pemerintah Israel.
"Dari sudut pandang strategis, kembali ke perjanjian nuklir 2015 atau bahkan perjanjian serupa dengan sejumlah perbaikan, adalah salah dan buruk," kata Kohavi dalam pidatonya di Institute for National Security Studies, Universitas Tel Aviv, Rabu (27/1).
Donald Trump membawa AS keluar dari JCPOA pada 2018 lalu. Langkah tersebut disambut baik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengkritik perjanjian yang mencabut sanksi ke Iran itu sebagai ganti agar Teheran menghentikan program nuklir mereka.