REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Belum usai perang melawan pandemi virus korona (Covid-19), kini dunia dikhawatirkan dengan risiko dari virus Nipah (NiV). Perusahaan farmasi pun belum terlalu siap untuk menghadapi virus baru itu sebab belum ada vaksin dan obatnya.
Virus Nipah memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi, yakni 40 hingga 75 persen yang berpotensi menjadi risiko pandemi besar berikutnya. Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation yang berbasis di Belanda, Jayasree K Iyer, menyoroti wabah virus Nipah di China.
"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar," katanya dikutip laman The Guardian, Rabu (27/1). "Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resisten terhadap obat," ujarnya menambahkan.
Virus Nipah dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan ensefalitis, pembengkakan otak, dan memiliki angka kematian 40 persen hingga 75 persen, tergantung di mana wabah itu terjadi. Kelelawar buah adalah inang alaminya. Wabah Nipah di Bangladesh dan India kemungkinan besar terkait dengan minum jus kurma.
Baca juga : Kemenkes Ingatkan Masyarakat Penyebaran Virus Nipah