REPUBLIKA.CO.ID, RABAT - Maroko pada Kamis (28/1) akan mulai menggelar program vaksinasi massal untuk menangani Covid-19. Demikian kata istana kerajaan. Kegiatan itu merupakan vaksinasi massal pertama di kawasan Afrika.
Negara Afrika Utara itu menerima dua juta dosis vaksin AstraZeneca, yang diproduksi oleh Serum Institute of India, serta 500 ribu dosis vaksin yang dibuat oleh Sinopharm China. Maroko mulai mendistribusikannya ke pusat-pusat vaksinasi di seluruh negeri awal pekan ini.
Istana mengatakan vaksin akan tersedia untuk semua orang Maroko yang berusia di atas 17 tahun. Akan tetapi staf kesehatan, keamanan, dan pengajar akan menerima suntikan pertama.
Orang dapat mendaftar melalui laman untuk mendapatkan vaksin, yang akan diberikan secara gratis di 3.000 lokasi di sekitar Maroko. Kedua vaksin itu adalah jenis konvensional yang hanya membutuhkan persyaratan penyimpanan biasa seperti yang telah digunakan di Maroko, bukan fasilitas ultradingin yang diperlukan untuk beberapa suntikan lainnya.
Pemerintah menandatangani kesepakatan dengan Sinopharm pada Agustus, yang melibatkan pelaksanaan uji klinis di Maroko, dan mengumumkan rencana untuk mendirikan pabrik produksi. Raja Mohammad VI dan Presiden China Xi Jinping juga telah membahas kerja sama vaksin. Maroko menyetujui kesepakatan pada September untuk membeli dosis vaksin AstraZeneca.
Baca juga : Mengapa Erdogan Gemar Ziarahi Makam Sahabat Nabi di Turki?
Maroko berencana untuk memvaksin 25 juta orang atau 80 persen populasinya dalam tiga bulan. Namun dengan meningkatnya persaingan global untuk mengamankan pasokan dosis vaksin, kemampuan negara untuk meluncurkan program nasional berskala luas bergantung pada aliran pasokan yang stabil, kata pejabat kementerian kesehatan.
Hingga Rabu (27/1), Maroko mencatat 468.383 kasus virus corona, termasuk 8.207 kematian, dengan 13.995 kasus masih aktif.