Kamis 28 Jan 2021 19:58 WIB

AS Hadapi Peningkatan Ancaman Terorisme Dalam Negeri

Ancaman terorisme AS dari orang-orang yang tidak puas dengan hasil pemilihan presiden

Red: Nur Aini
Para pengunjuk rasa Pro-Trump menyerbu halaman Front Timur Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mengesahkan hasil pemilihan Presiden AS 2020.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Para pengunjuk rasa Pro-Trump menyerbu halaman Front Timur Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mengesahkan hasil pemilihan Presiden AS 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mengatakan pada Rabu (27/1) menyatakan AS menghadapi peningkatan ancaman terorisme domestik dari orang-orang yang tidak puas dengan hasil pemilihan presiden November 2020.

Peringatan itu muncul usai penyerbuan di gedung Capitol AS pada 6 Januari oleh para pendukung Presiden Donald Trump, hingga menyebabkan lima orang tewas, juga pascapelantikan Joe Biden sebagai presiden pekan lalu di tengah peningkatan keamanan di Washington, yang terkunci.

Baca Juga

"Informasi menunjukkan bahwa beberapa ekstremis dengan kekerasan bermotivasi ideologis dengan keberatan terhadap pelaksanaan otoritas pemerintah dan peralihan presiden, serta keluhan-keluhan lain yang dipicu oleh narasi palsu, dapat terus memobilisasi untuk menghasut atau melakukan kekerasan," kata departemen itu dalam laporan menyangkut terorisme nasional.

Tidak ada informasi yang tepercaya soal plot tertentu terkait terorisme. Namun, ancaman yang meningkat di seluruh Amerika Serikat kemungkinan akan bertahan selama berminggu-minggu.

Laporan DHS menyebutkan bahwa ekstremis dalam negeri, yang bisa melakukan kekerasan, dimotivasi oleh berbagai masalah, termasuk kemarahan atas pembatasan Covid-19, hasil pemilu 2020, dan penggunaan kekuatan polisi. Laporan juga menyebut "ketegangan ras dan etnis yang berlangsung lama termasuk penentangan terhadap imigrasi" sebagai pendorong serangan kekerasan di dalam negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement