REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ketersediaan lapangan pekerjaan pada 2020 mencatat penurunan paling tajam dalam 45 tahun di Jepang. Sementara, tingkat pengangguran di negara itu naik untuk pertama kalinya dalam 11 tahun, sebagai dampak dari pandemi virus corona baru, kata pemerintah Jepang dalam sebuah laporan pada Jumat (29/1).
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, rasio ketersediaan lapangan kerja turun 0,42 poin menjadi 1,18, setara dengan 118 lowongan pekerjaan untuk setiap 100 orang yang mencari pekerjaan. Angka tersebut menandai penurunan tercepat sejak penurunan 0,59 poin yang tercatat pada 1975, dengan angka tersebut merupakan level terendah sejak 2014, kata kementerian itu.
Secara terpisah, Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi mengatakan tingkat pengangguran pada 2020 mencapai 2,8 persen, naik 0,4 persen dari tahun sebelumnya, membukukan peningkatan pertama sejak 2009. Biro statistik juga mengatakan jumlah pengangguran pada 2020 meningkat 290.000 menjadi 1,91 juta orang, merupakan yang tertinggi 11 tahun, sementara jumlah orang yang bekerja turun 480.000 menjadi 66,76 juta, menandai penurunan pertama dalam delapan tahun.
Jumlah karyawan cuti melonjak 800.000 menjadi 2,56 juta, karena penyebaran virus. Data kementerian menunjukkan angka tersebut menandai level tertinggi sejak data pembanding tersedia pada 1968.
Untuk Desember 2020, tingkat pengangguran mencapai 2,9 persen. Sementara rasio ketersediaan lapangan kerja berada di 1,06, dengan kedua angka tersebut tetap tidak berubah dari bulan sebelumnya, data terbaru mengungkapkan.
"Data menunjukkan dampak pandemic virus korona berlanjut signifikan di pasar tenaga kerja. Kami akan terus memantau perkembangan," kata Ryota Takeda, Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi.