REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut negosiasi dengan Iran terkait kesepakatan nuklir hingga kini sulit terealisasi. Pernyataan ini dikatakannya sangat kepada Al Arabiya, Jumat (29/1).
Karena itu, Macron mengatakan bahwa Arab Saudi harus dimasukkan dalam setiap negosiasi tentang kesepakatan dengan Iran. Macron menambahkan waktu yang tersisa untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir saat ini sudah sangat singkat.
Presiden Prancis itu juga mengatakan kesepakatan pada Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tahun 2015 tidak boleh terulang. Hal ini karena kekuatan regional dikecualikan dari perjanjian dengan Teheran, dan masalah ini harus dihindari.
Macron juga menyinggung pemerintah Lebanon yang saat ini sedang mengalami masalah besar karena korupsi dan intimidasi.
Televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa Iran telah memiliki lebih dari 20 persen pengayaan uranium dalam waktu satu bulan. Langkah ini dikhawatirkan banyak pihak terkait rencana Iran memindahkan program nuklirnya lebih dekat ke tingkat pengayaan untuk senjata.
Sementara Joe Biden, yang menjadi wakil presiden ketika kesepakatan itu ditandatangani selama pemerintahan Obama, mengatakan berharap untuk mengembalikan AS ke kesepakatan itu. "Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari tindakan komprehensif ini merupakan kewajiban Amerika Serikat untuk kembali ke perjanjian ini dan memenuhi kewajibannya,"kata Diplomat Iran, Javad Zarif.
"Saat Amerika Serikat memenuhi komitmennya, kami akan siap untuk memenuhi komitmen kami," tambahnya.