Sabtu 30 Jan 2021 10:08 WIB

Jepang Alami Tingkat Pengangguran Terburuk dalam 11 Tahun

Pengangguran di Jepang naik untuk pertama kalinya dalam 11 tahun sebagai efek pandemi

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Pekerja Jepang sedang beristirahat di bangku-bangku di perkantoran.(ilustrasi)
Foto: AP
Pekerja Jepang sedang beristirahat di bangku-bangku di perkantoran.(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ketersediaan pekerjaan pada tahun 2020 menandai penurunan paling tajam dalam 45 tahun di Jepang. Adapun tingkat pengangguran di negara itu naik untuk pertama kalinya dalam 11 tahun karena efek dari pandemi virus corona.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, rasio ketersediaan pekerjaan turun 0,42 poin menjadi 1,18, setara dengan 118 lowongan pekerjaan untuk setiap 100 orang yang mencari pekerjaan. Angka tersebut menandai penurunan tercepat sejak penurunan 0,59 poin yang tercatat pada tahun 1975. Angka tersebut juga menandai level terendah sejak 2014.

Baca Juga

Secara terpisah, tingkat pengangguran pada tahun 2020 mencapai 2,8 persen, naik 0,4 persen dari tahun sebelumnya, menjadi peningkatan pertama sejak 2009. Biro statistik juga mengatakan jumlah pengangguran pada tahun 2020 meningkat 290 ribu menjadi 1,91 juta orang atau tertinggi selama kurun waktu 11 tahun. 

Sementara itu, jumlah orang yang bekerja turun 480 ribu menjadi 66,76 juta dimana ini menandai penurunan pertama dalam delapan tahun. Kemudian jumlah karyawan cuti melonjak 800 ribu menjadi 2,56 juta, karena penyebaran virus. Angka tersebut menandai level tertinggi sejak data pembanding tersedia pada tahun 1968.

Untuk bulan Desember, tingkat pengangguran mencapai 2,9 persen. Sedangkan rasio ketersediaan pekerjaan berada di 1,06, dengan kedua angka tersebut tetap tidak berubah dari bulan sebelumnya.

"Data menunjukkan dampak signifikan lanjutan dari pandemi virus korona di pasar tenaga kerja. Kami akan terus memantau perkembangan," kata Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang Ryota Takeda dilansir dari kantor berita Xinhua pada Jumat (29/1).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement