REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Regulator kesehatan Brasil, Anvisa, telah menerima permintaan persetujuan penuh dari Fiocruz Institute, lembaga yang didanai pemerintah federal, untuk memproduksi vaksin Covid-19. Vaksin yang dimaksud adalah vaksin dari Universitas Oxford dan AstraZeneca.
Pengajuan itu, yang pertama dari jenisnya di Brasil, bertujuan memproduksi vaksin Inggris secara lokal. Seorang juru bicara AstraZeneca, yang vaksinnya telah disetujui untuk penggunaan darurat di Brasil, mengonfirmasi pengajuan tersebut.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang mengatakan tidak akan mau divaksin Covid-19, mengalami tekanan agar mengawasi peluncuran vaksin yang lambat dan tidak merata, tepat ketika gelombang infeksi kedua yang brutal berlangsung. Vaksin AstraZeneca adalah penyangga utama rencana vaksin pemerintah federal. Pemerintah telah memesan bahan untuk membuat hingga 100 juta suntikan, yang akan diproduksi oleh Fiocruz.
Anvisa mengatakan memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan mengizinkan pemakaian obat itu, tapi mengatakan pihaknya akan berusaha mempercepat proses itu semaksimal mungkin. Namun, meskipun obat itu disetujui, masalah vaksin Brasil tidak segera selesai.
Pengiriman bahan baku aktif yang diperlukan untuk membuat vaksin Inggris secara lokal berulang kali tertunda dan masih belum meninggalkan China. Masih belum jelas kapan akan tiba. Sementara itu, AstraZeneca menghadapi masalah yang meluas dalam memenuhi permintaan vaksinnya di pasar seluruh dunia.
Untuk saat ini, Brasil bergantung pada vaksin China, yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd, dan 2 juta dosis siap pakai AstraZeneca diimpor dari India awal bulan ini untuk menyuntik 210 juta warganya, dilansir dari Reuters, Sabtu (30/1).