REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa telah merilis ke publik kontraknya dengan pembuat obat AstraZeneca untuk membeli vaksin Covid perusahaan di tengah perselisihan mengenai pasokan. Langkah tersebut, yang disetujui dengan AstraZeneca, dilakukan beberapa jam setelah ketua Komisi Ursula von der Leyen meningkatkan tekanan pada perusahaan tersebut atas keputusannya untuk memotong pasokan.
Kontrak yang ditandatangani pada Agustus berisi 'perintah mengikat' dan pihaknya menuntut adanya penjelasan. "Ada perintah yang mengikat dan kontraknya sangat jelas," kata von der Leyen dilansir BBC, Sabtu (30/1).
Vaksin tersebut telah disetujui oleh regulator obat UE pada Jumat (28/1). Uni Eropa merilis kontrak tersebut ke publik untuk memperkuat argumennya bahwa AstraZeneca telah mengingkari komitmennya.
CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, mengatakan dalam sebuah wawancara awal pekan ini bahwa kontrak tersebut mewajibkan AstraZeneca untuk melakukan upaya terbaik untuk memenuhi permintaan UE, tanpa memaksa perusahaan untuk tetap pada jadwal tertentu.
Sebagian besar kontrak telah dihapuskan, disunting, untuk melindungi informasi sensitif. Ini termasuk beberapa paragraf yang berhubungan dengan biaya, tanggal pengiriman yang dijamin, dan kekayaan intelektual.
Pejabat UE mengatakan AstraZeneca telah diminta untuk mengirimkan beberapa dosis yang diproduksi di Inggris ke benua itu untuk menutupi kekurangan tersebut. Namun, perusahaan tersebut mengatakan pada Rabu (26/1) bahwa kontraknya untuk pasokan Inggris mencegah hal ini.
Sumber Uni Eropa yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa fasilitas AstraZeneca di Inggris diwajibkan untuk memasok vaksin ke Uni Eropa. Pabrik di Inggris bukanlah fasilitas cadangan tapi bagian dari jaringan utama.
"'Upaya terbaik berlaku sementara masih belum jelas apakah mereka dapat mengembangkan vaksin. Hal itu sudah lewat, vaksin itu ada," kata von der Leyen.
"AstraZeneca juga secara eksplisit meyakinkan kami dalam kontrak ini bahwa tidak ada kewajiban lain yang akan menghalangi pemenuhan kontrak," tambahnya.
Kesepakatan Agustus adalah untuk 300 juta dosis untuk UE, yang akan dikirimkan setelah persetujuan peraturan, dengan opsi untuk 100 juta lebih. Namun sumber dari UE mengatakan mereka sekarang mengharapkan hanya sekitar seperempat dari 100 juta vaksin yang mereka harapkan akan diterima pada Maret, kekurangan sekitar 75 juta suntikan.
UE berada di bawah tekanan setelah dikritik bahwa langkah vaksinasi di beberapa negara anggota terlalu lambat. AstraZeneca mengatakan masalah produksi ada di pabriknya di Belanda dan Belgia. Pasokan vaksin lain yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech juga turun karena masalah produksi.