REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengindikasikan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk kembali menjalin hubungan dengan China. Sejak menjabat sebagai presiden, Biden telah berbicara dengan sejumlah pimpinan negara, tetapi dia belum melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping.
Pemerintahan Biden belum sepenuhnya mengartikulasikan strateginya terhadap China. Namun, pemerintahan Biden telah mengisyarakatkan akan melanjutkan pendekatan kepada China. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, pembicaraan dengan negara sekutu dan mitra menjadi prioritas dalam pemerintahan Biden.
“Jadi, sebagai langkah pertama kami ingin memastikan bahwa kami sejalan dengan sekutu tersebut, sejalan dengan mitra tersebut, dan kemudian anda dapat berharap bahwa akan ada keterlibatan di beberapa area dengan China," ujar Price.
Sebelumnya, Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis China, Yang Jiechi meminta Beijing dan Washington memperbaiki kembali hubungan ke jalur yang semestinya. Yang menegaskan kembali bahwa China siap bekerja sama dengan AS untuk memajukan hubungan yang tanpa konflik, tidak ada konfrontasi, saling menghormati, dan kerja sama yang mengedepankan win-win solution. Namun di sisi lain, Yang meminta agar AS tidak mencampuri urusan internal China termasuk masalah Hong Kong, Tibet, Xinjiang dan kedaulatan China.
Ketika dimintai komentar mengenai pernyataan Yang, Price mengatakan, China harus menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi terhadap Taiwan. Price menyarankan agar China terlibat dalam dialog dengan kepemimpinan Taiwan yang terpilih secara demokratis.