Rabu 03 Feb 2021 20:21 WIB

Kebakaran Persulit Karantina di Perth

Kondisi panas dan kering memicu kebakaran di pinggiran timur laut Perth.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Kebakaran Persulit Karantina di Perth. Foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Kebakaran dan Layanan Darurat Australia Barat (DFES) menunjukkan kebakaran semak di Wooroloo, dekat Perth, Australia Barat, Australia, 02 Februari 2021 (dikeluarkan 03 Februari 2021). Lebih dari 70 rumah hancur akibat kebakaran hutan yang tak terkendali di pinggiran timur laut Perth sejak 01 Februari.
Foto: EPA-EFE/EVAN COLLIS/DFES
Kebakaran Persulit Karantina di Perth. Foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Kebakaran dan Layanan Darurat Australia Barat (DFES) menunjukkan kebakaran semak di Wooroloo, dekat Perth, Australia Barat, Australia, 02 Februari 2021 (dikeluarkan 03 Februari 2021). Lebih dari 70 rumah hancur akibat kebakaran hutan yang tak terkendali di pinggiran timur laut Perth sejak 01 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kabut asap menutupi kota Perth, Australia, akibat dari kebakaran hutan yang melanda puluhan rumah pada Rabu (3/2). Peristiwa ini memperumit karantina ketat setelah kasus Covid-19 pertama di negara bagian Australia Barat dilaporkan lebih dari 10 bulan.

Pihak berwenang mengatakan kondisi panas dan kering memicu kebakaran di pinggiran timur laut Perth. Kini kondisi api tersebut pun telah sedikit mereda dalam semalam.

Baca Juga

"Kami mengalami malam yang lebih baik daripada malam sebelumnya, kami tidak mengalami kebakaran yang berdampak pada properti apa pun dalam semalam dan juga beberapa kondisi yang lebih ringan telah memungkinkan kami untuk menyelesaikan beberapa pelacakan," kata Komisaris Layanan Pemadam Kebakaran negara bagian, Darren Klemm.

Klemm merevisi jumlah rumah yang hilang akibat kebakaran dari 59 menjadi 71. Dia mendesak penduduk untuk tetap waspada karena angin yang tidak menentu dapat menyalakan kembali beberapa kebakaran. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari kebakaran yang asal-usulnya masih belum diketahui.

"Ini akan terus menjadi api yang menantang bagi kami setidaknya untuk tiga atau empat atau lima hari ke depan," kata Klemm.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement