REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan bahwa perpanjangan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (New START) telah berlaku mulai Rabu (3/2).
Dalam sebuah pernyataan, kementerian Rusia itu mengatakan perjanjian tersebut akan tetap berlaku "persis seperti yang telah ditandatangani, tanpa amandemen atau tambahan apa pun" selama lima tahun, hingga 5 Februari 2026.
"Percakapan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden pada 26 Januari 2021 menjadi kunci untuk melanjutkan perjanjian ini," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Mereka menyebut Rusia dan AS sebagai "negara nuklir terbesar di dunia" yang memikul "tanggung jawab khusus". Mereka juga mengatakan "keputusan yang diambil itu penting karena menjamin tingkat prediktabilitas dan transparansi yang diperlukan di bidang ini, dengan tetap menjaga keseimbangan kepentingan".
Kemlu Rusia menekankan bahwa "langkah-langkah signifikan" akan diperlukan untuk mengembalikan dialog bilateral Rusia-AS tentang pengendalian senjata kembali ke "jalur yang lebih stabil, mencapai hasil substansial baru" yang akan memperkuat stabilitas strategis global.
"Rusia siap untuk melakukan tugasnya. Kami mendesak AS untuk menerapkan pendekatan yang bertanggung jawab serupa dan untuk menanggapi inisiatif kami dengan cara yang konstruktif," tutur otoritas Rusia.