Jumat 05 Feb 2021 10:55 WIB

Inggris Berlakukan Karantina di Hotel Bagi Wisatawan

Karantina wajib bagi wisatawan dilakukan selama 10 hari

Red: Nur Aini
 Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memegang sebotol vaksin Pfizer BioNTech saat mengunjungi pusat vaksinasi COVID-19 di Batley, West Yorkshire, Inggris, Senin, 1 Febru
Foto: AP/Jon Super/AP Pool
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memegang sebotol vaksin Pfizer BioNTech saat mengunjungi pusat vaksinasi COVID-19 di Batley, West Yorkshire, Inggris, Senin, 1 Febru

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kebijakan karantina hotel Inggris untuk wisatawan yang datang dari kawasan pusat Covid-19 akan dimulai pada 15 Februari.

Masa tinggal wajib 10 hari di akomodasi yang disediakan pemerintah, yang pertama kali diumumkan bulan lalu, dirancang untuk memperketat batas terhadap varian baru virus corona yang dapat membahayakan program vaksinasi Inggris.

Baca Juga

Anggota parlemen oposisi telah mengkritik pemerintah Boris Johnson karena tidak melaksanakan rencana tersebut lebih cepat dan mengatakan penundaan itu membahayakan nyawa. Perdana menteri mengatakan pada Rabu rincian akan diumumkan pada Kamis (4/2), kemudian dibantah oleh juru bicaranya kurang dari 24 jam kemudian.

Dalam pengumuman tersebut, pemerintah mengatakan telah berkonsultasi dengan industri perjalanan dan hotel, dan sekarang akan menyelesaikan rencana, termasuk mengontrak hotel di dekat pelabuhan dan bandara.

Menteri Kesehatan Matt Hancock telah membahas kebijakan tersebut dengan mitranya di Australia, di mana karantina diperkenalkan pada Maret 2020, kata Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC). Para pejabat juga akan meminta nasihat dari Selandia Baru.

Seorang juru bicara DHSC mengatakan Inggris merupakan salah satu negara yang memiliki pembatasan terberat di dunia untuk para wisatawan, seperti mewajibkan untuk menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif.

"Kami sekarang bekerja dengan kecepatan tinggi untuk mengamankan fasilitas yang kami butuhkan untuk menjalankan karantina terkelola bagi warga negara Inggris yang kembali ke rumah dari negara berisiko paling tinggi," katanya.

"Dalam menghadapi varian baru, penting bagi pemerintah untuk terus mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi orang dan menyelamatkan nyawa."

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement