REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Afghanistan untuk pertama kalinya menerima 500 ribu dosis vaksin AstraZeneca dari India pada Minggu, tetapi masih menunggu persetujuan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaannya.
Kepala program imunisasi Kementerian Kesehatan Afghanistan Ghulam Dastagir Nazari mengatakan vaksin tersebut akan disimpan di Kabul sampai izin penggunaan darurat diterima, yang diharapkan memakan waktu satu minggu.
"Proses sertifikasi (WHO) sedang berlangsung dan mudah-mudahan seminggu selesai dan proses vaksinasi akan dimulai di 34 provinsi," kata Nazari.
Nazari menjelaskan petugas kesehatan, anggota pasukan keamanan, guru dan pegawai pemerintah akan menerima vaksin terlebih dahulu. Vaksin tersebut diproduksi oleh Serum Institute of India (SII), yang memproduksi vaksin AstraZenecca/Oxford University untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Pemerintah Afghanistan telah melatih 1.000 orang untuk memberikan vaksin dari 3.000 orang yang akan dibutuhkan untuk menjalankan program vaksinasi. Selain India, Nazari mengatakan China juga berencana mengirim 200 ribu dosis vaksin Covid-19.
Baca juga : Afrika Selatan Sebut Vaksin Oxford-AstraZeneca tak Efektif
Pejabat kesehatan setempat menyatakan program COVAX, yang bertujuan meningkatkan akses ke vaksin Covid-19 bagi negara-negara berkembang, akan menyediakan vaksin bagi maksimal 20 persen dari total 38 juta penduduk Afghanistan. Afghanistan mencatat 55.335 kasus Covid-19 dan 2.410 kematian akibat penyakit itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendaftarkan vaksin Covid-19 Pfizer dan BioNTech untuk penggunaan darurat pada 31 Desember ketika berusaha mempercepat vaksinasi di negara berkembang, yang sangat tertinggal dibandingkan di negara-negara barat. Seorang pejabat regional WHO mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa mereka sedang melihat lokasi produksi vaksin AstraZeneca dan berharap dapat membuat keputusan tentang penggunaan darurat dalam beberapa minggu.