REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Bagian Keuangan Twitter Ned Segal mengatakan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak akan diizinkan untuk kembali ke Twitter bahkan jika dia memenangkan kursi kepresidenan.
"Cara kerja kebijakan kami, ketika Anda dihapus dari platform, Anda dihapus dari platform, baik komentator, CFO, atau mantan atau pejabat publik saat ini," kata Segal dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Rabu (11/2).
"Ingat, kebijakan kami dirancang untuk memastikan bahwa orang tidak menghasut kekerasan, dan jika ada yang melakukan itu, kami harus menghapus mereka dari layanan dan kebijakan kami tidak mengizinkan orang untuk kembali," kata dia.
Pada 8 Januari, Twitter menangguhkan akun Trump karena risiko "memicu kekerasan lebih lanjut," dua hari setelah massa pendukungnya menyerbu Capitol AS, yang menewaskan sedikitnya lima orang.
Trump dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada 13 Januari dengan tuduhan menghasut pemberontakan. Dia menjadi presiden pertama yang dimakzulkan dua kali dalam sejarah AS.