REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY -- Wabah Ebola telah menewaskan tiga orang di Guinea, sementara lima lainnya dinyatakan positif mengidap virus mematikan itu. Negara itu sekarang telah secara resmi menyatakan sedang menangani epidemi Ebola.
Kematian baru tersebut pertanda pertama kali kemunculan kembali Ebola. Para korban jatuh sakit karena diare, muntah, dan berdarah setelah menghadiri pemakaman seorang perawat di negara Afrika Barat tersebut.
Badan Keamanan Kesehatan Nasional (ANSS) melaporkan, sebanyak lima orang yang masih hidup telah diisolasi di pusat-pusat perawatan. Tidak diketahui kondisi perempuan yang dikuburkan pada 1 Februari yang jatuh sakit juga meninggal karena Ebola.
Pemandian jenazah orang terkena Ebola bisa menjadi cara utama penyebaran virus. Jenazah orang yang meninggal karena Ebola sangat menularkan dan harus diinkubasi.
Petugas kesehatan sekarang bekerja untuk melacak dan mengisolasi kontak dari kasus-kasus tersebut dan tes putaran kedua sedang dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. ANSS mengatakan Guinea akan menghubungi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan kesehatan internasional lainnya untuk membantu memperoleh vaksin Ebola.
"WHO meningkatkan kesiapan & upaya respons terhadap potensi kebangkitan #Ebola di Afrika Barat, wilayah yang sangat menderita akibat Ebola pada tahun 2014," ujar Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, di Twitter.
Sementara itu, Kongo melaporkan tiga kasus Ebola baru bulan ini di provinsi Kivu Utara bagian timur. Tidak seperti virus corona, Ebola bukanlah penyakit yang ditularkan melalui udara, sehingga tidak mungkin seseorang terinfeksi dengan menghirup udara yang sama dengan pasien.
Respon kesehatan untuk penyakit bergantung pada pelacakan orang-orang yang mungkin telah terpapar virus dan memvaksinasinya. Tidak ada pengobatan tunggal untuk virus Ebola dan hanya melakukan pengobatan pada gejala pasien.
Virus Ebola merenggut lebih dari 11.300 nyawa di Afrika Barat ketika mewabah di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia pada 2013-2016.