REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 64 juta orang menjalani lockdown pertama yang ketat di Prancis pada musim semi lalu. Ada banyak spekulasi yang menilai lockdown pertama ini akan diikuti oleh kelahiran bayi yang tinggi.
Spekulasi tersebut ternyata tidak terbukti. Sembilan bulan setelah lockdown pertama terjadi, kelahiran bayi di Prancis justru mengalami penurunan tajam.
Sebagai gambaran, jumlah bayi yang dilahirkan di rumah sakit Saint-Denis antara periode pertengahan Desember dan pertengahan Januari 2021 mengalami penurunan sebesar 20 persen. Dari total sembilan kamar melahirkan yang tersedia, hanya satu yang terpakai.
Situasi serupa juga dialami di bangsal-bangsal ibu dan anak di rumah sakit Prancis lainnya. Tingkat kelahiran ini diperkirakan akan tetap di bawah tingkat kelahiran 2020 sampai pertengahan tahun 2021.
Tak hanya di Prancis, beberapa negara maju lain di dunia juga mengalmai penurunan kelahiran bayi setelah pandemi terjadi. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang, di mana baby boom mulai terjadi.
Hingga saat ini, belum bisa diketahui bagaimana efek penuh dari pandemi Covid-29 terhadap kelahiran bayi di Prancis. Para ahli meyakini bahwa penurunan kelahiran di beberapa rumah sakit terlalu curam dan meluas. Sehingga ada kemungkinan penurunan ini bukan sekedar kebetulan, tetapi dipengaruhi oleh situasi pandemi saat ini.
"Kami melihat penurunan di mana-mana sepanjang timur laut Prancis," kata direktur akademik dari departemen obstetri dan ginekologi University Hospital Olivier Morel.
Olivier mengatakan ada lima rumah sakit universitas besar di area tersebut. Kelahiran bayi di kelima rumah sakit universitas tersebut mengalami penurunan 10-25 persen pada Januari 2021 bila dibandingkan dengan Januari 2020.
"Penurunan ini jauh lebih curam dibandingkan variasi normal year-on-year yang biasanya hanya satu digit, selama karier saya, saya tidak pernah melihat penurunan 10-25 persen," ungkap Olivier.
Seperti dilansir Independent diperkirakan ada beberapa faktor yang mendorong keluarga mengabaikan atau menunda rencana untuk punya anak. Sebagian faktor yang paling berperan adalah ketidakpastian ekonomi, stres sosial, dan kecemasan terkait virus serta pandemi itu sendiri.