REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun pada Rabu (17/2) memperingatkan otoritas untuk tidak melonggarkan penegakan aturan pembatasan sosial setelah jumlah kasus baru infeksi virus corona mencapai jumlah tertinggi dalam hampir 40 hari.
Pemerintah Korsel pada Sabtu (13/2) melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial yang akan berlaku mulai pekan ini, setelah negara itu mengatasi gelombang ketiga wabah Covid-19 yang memuncak dengan sekitar 1.200 kasus infeksi harian pada akhir Desember.
Namun, jumlah kasus infeksi corona melonjak kembali hanya dalam tiga hari, yakni mencapai 600 kasus untuk pertama kalinya dalam 39 hari pada Selasa (16/2). Lonjakan itu terjadi setelah larangan pembukaan fasilitas hiburan malam dicabut dan jam malam restoran diperpanjang satu jam menjadi pukul 22.00.
Chung menyoroti adanya tanda-tanda disiplin yang lemah, seperti klub-klub malam yang dibuka hingga jam 05.00 pagi dan orang-orang yang berpesta di hotel setelah jam malam.
"Kami telah mengurangi aturan pembatasan sosial untuk membantu pemilik usaha kecil mempertahankan mata pencaharian mereka, bukan untuk menjadi tidak waspada terhadap virus," kata Chung dalam suatu pertemuan yang disiarkan televisi.
"Gelombang ketiga wabah ini belum berakhir, dan beberapa ahli bahkan memperingatkan tentang potensi gelombang keempat pada bulan Maret atau April ... sekarang bukan waktunya untuk bersantai," ujar Chung.