Kamis 18 Feb 2021 13:38 WIB

Semua Sekolah di Selandia Baru Gratiskan Pembalut Menstruasi

Program percontohan gratis produk untuk menstruasi diluncurkan tahun lalu di Selandia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pembalut menstruasi, ilustrasi
Foto: Dok IPB
Pembalut menstruasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri, Jacinda Ardern, mengumumkan, semua sekolah di Selandia Baru akan memiliki akses gratis ke produk sanitasi menstruasi mulai Juni, Kamis (17/2). Inisiatif itu bertujuan untuk memberikan akses bagi perempuan yang tidak mampu.

"Memberikan produk menstruasi gratis di sekolah adalah salah satu cara pemerintah dapat langsung mengatasi kemiskinan, membantu meningkatkan kehadiran di sekolah, dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan anak-anak,” kata Jacinda Ardern dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Pengumuman tersebut menyusul keberhasilan program percontohan yang diluncurkan sekitar pertengahan tahun lalu. Dalam program sebelumnya pemerintah menyediakan produk pembalut menstruasi gratis kepada sekitar 3.200 anak muda di 15 sekolah.

"Kami ingin melihat keterlibatan, pembelajaran, dan perilaku yang lebih baik, lebih sedikit anak muda yang putus sekolah karena menstruasi, dan mengurangi kesulitan keuangan di antara keluarga siswa yang berpartisipasi," ujar Ardern.

Ardern mengatakan, penelitian telah menunjukkan satu dari 12 anak muda putus sekolah karena masalah ini. Dia mengatakan program tersebut akan menelan biaya 25 juta dolar NZ hingga 2024.

Menteri Urusan Perempuan, Jan Tinetti, mengatakan masalah dengan menstruasi di sekolah termasuk rasa malu, stigma, tidak masuk kelas, ketahuan tanpa menggunakan produk, biaya, kurangnya pengetahuan, dan ketidaknyamanan. Pemerintah akan bekerja dengan pemasok untuk mengelola peluncuran bertahap skema tersebut.

"Siswa menginginkan informasi tentang menstruasi, produk menstruasi, dan elemen praktis lainnya dalam mengatur menstruasi seperti melacak dan mengetahui kapan dan siapa yang harus dihubungi untuk dimintai bantuan," kata Tinetti.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement