REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyatakan kelaparan besar-besaran dapat menghapus peluang baru untuk mengakhiri perang di Yaman, Kamis (17/2). Padahal Amerika Serikat (AS) telah melakukan langkah baru untuk dengan melepas status teroris pada kelompok Houthi di negara itu.
Kepala bantuan PBB, Mark Lowcock memperingatkan memang ada peluang penting saat ini untuk membantu Yaman bergerak menuju perdamaian abadi. Hanya saja kemungkinan akan hilang.
"Itu akan sia-sia, jika Yaman mengalami kelaparan besar-besaran," kata Lowcock.
Lowcock mengatakan, sekitar 4 miliar dolar AS diperlukan pada 2021 untuk mendanai operasi kemanusiaan. "Yaman sedang menuju bencana kelaparan terburuk yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade," katanya.
Ketika kelaparan membayangi pada 2019, Lowcock mengatakan hal itu dapat dihindari setelah PBB menerima sekitar 90 persen dari 4 miliar dolar yang diminta. Namun, tahun lalu badan dunia hanya menerima sekitar 1,9 miliar dolar AS atau sekitar setengah dari yang dibutuhkan.
Lowcock mengatakan, sekitar 16 juta orang di Yaman akan kelaparan dan 5 juta dari orang-orang itu mendekati dari kelaparan. Sekitar 400 ribu anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi parah.
"Anak-anak itu berada di minggu dan bulan terakhir mereka. Mereka mati kelaparan," ujar Lowcock.