REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejak program vaksinasi digulirkan di Inggris pada Desember 2020 lalu, sejumlah teori konspirasi palsu dan informasi yang keliru telah menyebar melalui media sosial. Di sisi lain, pemerintah dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris telah berulang kali meyakinkan warga bahwa vaksinasi virus corona adalah suntikan yang aman.
Namun, muncul kekhawatiran baru-baru ini bahwa penggunaan vaksin tersebut lebih rendah bagi etnis minoritas. Meskipun, etnis minoritas disebut lebih berisiko terpapar virus corona.
Dalam laporan terbaru Dewan Muslim Inggris, berdasarkan data dari Office for National Stastics, disebutkan bagaimana etnis minoritas terkena dampak Covid-19 secara tidak proporsional. Dikatakan, bahwa komunitas Muslim menjadi kelompok agama dengan tingkat kematian tertinggi.
Dalam upaya menangani beredarnya informasi keliru seputar vaksin itu, seorang imam di Essex di Distrik Braintree, Inggris, menyerukan komunitas Muslim untuk menerima tawaran vaksin Covid-19. Ia mengatakan, ada banyak konspirasi ketika Covid-19 mulai muncul 10 bulan lalu.
Namun ketika orang-orang mulai melihat atau mengenal seseorang yang meninggal atau tertular Covid-19, seyogyanya tidak ada yang tidak percaya akan kebenaran Covid-19 lagi.
Tetapi ketika vaksin pertama kali datang, menurutnya, ada banyak pertanyaan, terutama karena Muslim tidak akan menerima kandungan produk hewani dalam vaksin tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa sejak awal mereka telah mengklarifikasi bahwa vaksin itu benar-benar halal dan tidak mengandung produk hewani dan aman untuk digunakan.