REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan ingin memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Hubungan kedua negara diketahui sempat dibekap ketegangan karena Ankara membeli sistem rudal Rusia.
"Meskipun terkadang ada perbedaan pendapat, kemitraan kami sejauh ini telah berhasil mengatasi segala macam kesulitan. Baru-baru ini, persahabatan Turki-Amerika diuji secara serius," kata Erdogan pada Sabtu (20/2), dikutip laman Al-Arabiya.
Kendati terdapat perbedaan, Erdogan menyebut kepentingan bersama Turki- Amerika Serikat lebih besar. "Kami ingin memperkuat kerja sama kami dengan pemerintah Amerika Serikat yang baru dalam jangka panjang dengan basis saling menguntungkan," ujarnya.
Pada Desember tahun lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Turki karena membeli sistem rudal S-400 yang dikembangkan Rusia. Sanksi Washington membidik Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB).
Wujud dari sanksi antara lain pelarangan semua lisensi ekspor Amerika Serikat dan otorisasi untuk SSB. AS pun membekukan aset dan menerapkan pembatasan visa terhadap Ismail Demir selaku presiden SSB. Terdapat tiga pejabat SSB lainnya yang turut menjadi target sanksi Washington.
Sistem rudal S-400 disebut lebih unggul dibandingkan US Patriot. Para ahli percaya bahwa S-400 dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet musuh serta pesawat nirawak (drone) hingga jarak 600 kilometer, pada ketinggian antara 10 meter dan 27 kilometer. S-400 dapat melesat dengan kecepatan maksimum 17 ribu kilometer per jam, sedangkan US Patriot hanya 5.000 kilometer per jam.