REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Otoritas Filipina memberikan persetujuan penggunaan darurat vaksin COVID-19 dari perusahaan China, Sinovac Biotech. Namun, vaksin ini tidak akan diberikan kepada para petugas kesehatan yang berisiko terpapar, mengingat terdapat perbedaan tingkat kemanjuran.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Filipina (FDA) merujuk pada data uji klinis vaksin Sinovac di Brazil, Turki, dan Indonesia. Data uji coba terakhir menunjukkan bahwa vaksin Sinovac mempunyai efikasi lebih rendah ketika digunakan pada petugas medis dengan paparan COVID-19 dibandingkan individu sehat berusia 18-59 tahun, kata Kepala FDA Rolando Enrique Domingo, Senin.
"Menurut para pakar kami, vaksin (Sinovac) bukanlah vaksin terbaik untuk mereka," kata Domingo, dalam keterangan pers pada Senin, merujuk pada para petugas kesehatan.
Filipina mempunyai sekitar 1,4 juta petugas medis, dan belum memulai program vaksinasi COVID-19.CoronaVac, nama vaksin keluaran Sinovac, adalah kandidat vaksin ketiga yang mengajukan izin penggunaan di Filipina. Pemberian izin tersebut membuka jalan bagi pengiriman 600.000 dosis vaksin Sinovac, yang akan disumbangkan oleh China dan dijadwalkan tiba pada Selasa (23/2) namun harus tertunda karena belum ada persetujuan.
Filipina bergantung pada 117.000 dosis vaksin Pfizer-BioNTech yang telah diamankan melalui fasilitas pengadaan vaksin global, COVAX, untuk memulai program vaksinasi di negaranya.Namun, belum selesainya pertanyaan mengenai pihak mana yang akan membayar kerugian jika terjadi efek samping vaksinasi masih menjadi ganjalan dalam pengiriman vaksin tersebut.
Baca juga : Relawan Beratribut FPI, Munarman: Malas Tanggapi Ruwaibidhah
Rancangan undang-undang untuk memberikan jaminan ganti rugi kepada produsen vaksin masih tertunda di Kongres."Kami harap Anda bersabar karena vaksin tertunda beberapa hari, namun kita akhirnya dapat memulai vaksinasi," ujar Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque.