REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui rencana kompensasi no-fault untuk klaim efek samping yang serius pada orang-orang di 92 negara miskin karena mendapatkan vaksin Covid-19 melalui skema pembagian Covax.
Program tersebut, menurut WHO, merupakan mekanisme kompensasi cedera akibat vaksin yang pertama dan satu-satunya yang beroperasi pada skala internasional. Keputusan itu akan menawarkan kepada orang-orang yang memenuhi syarat proses yang cepat, adil, kuat ,dan transparan.
"Dengan memberikan kompensasi no-fault lump-sum dalam penyelesaian penuh dan akhir dari setiap klaim, program Covax bertujuan untuk secara signifikan mengurangi kebutuhan untuk meminta bantuan ke pengadilan, proses yang berpotensi panjang dan mahal," kata pernyataan itu.
Pertanyaan tentang bagaimana klaim kompensasi akan ditangani jika terjadi efek samping vaksin Covid-19 yang serius telah menjadi kekhawatiran bagi negara-negara karena mendapatkan suntikan Covid-19 melalui rencana Covax. Sedangkan, negara-negara yang mendanai pengadaan vaksin Covid-19 juga merencanakan program tanggung jawab sendiri.
Rencana yang disepakati WHO ini telah dibahas selama beberapa bulan. Keputusan itu dirancang untuk mencakup efek samping serius yang terkait dengan vaksin yang didistribusikan Covax hingga 30 Juni 2022. Sebanyak 92 negara berkembang yang mencakup sebagian besar negara Afrika dan Asia Tenggara akan menerima vaksin dari Covax.