REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Penipu menawarkan 400 juta dosis vaksin Covid-19 senilai sekitar 3 miliar euro (Rp 51,9 triliun) kepada negara-negara Uni Eropa. Demikian disampaikan dua pejabat, yang menunjukkan bagaimana para penjahat berusaha memanfaatkan kesemrawutan kampanye inokulasi di blok itu.
Para pemimpin Uni Eropa akan membahas melalui konferensi video pada Kamis (25/2) waktu setempat tentang bagaimana melindungi 450 juta warganya dari varian baru virus Corona yang lebih menular. Mereka juga ingin memastikan pengiriman vaksin yang stabil, meningkatkan produksi dan memperbarui suntikan untuk melawan varian baru.
"Ada jumlah yang sangat besar," kata salah satu pejabat itu. "Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di dalam botol ini ... Kasus terbaiknya adalah (penipuan ini) tidak berfungsi, dalam kasus terburuk ini adalah masalah yang sangat serius."
Pejabat itu mencatat bahwa sebagian besar suntikan yang ditawarkan kepada pemerintah Uni Eropa oleh para pedagang konon adalah vaksin AstraZeneca. Ia membandingkan situasi itu dengan dimulainya pandemi virus Corona pada awal 2020 ketika penjahat mengeksploitasi kekurangan masker dan peralatan pelindung lainnya.
Seorang pejabat kedua, yang juga berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan Komisi khawatir dengan vaksin "mambang" itu. "Tidak jelas apakah ini adalah dosis vaksin asli atau apakah kita hanya berbicara tentang air asin dalam botol kecil," kata pejabat itu kepada Reuters.
UE telah memperingatkan bahwa penipuan vaksin sedang meningkat, dengan dosis palsu beredar di pasaran, tetapi sejauh mana masalahnya masih belum jelas sampai sekarang.