REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Grup peretas China menargetkan sistem IT dua perusahaan pembuat vaksin Covid-19 India dalam beberapa pekan terakhir. Perusahaan pembuat vaksin tersebut merupakan perusahaan yang vaksinnya digunakan untuk program vaksinasi negara India.
China dan India telah menjual atau memberikan vaksin Covid-19 ke beberapa negara. India sendiri telah memproduksi 60 persen dari seluruh vaksin yang terjual di seluruh dunia.
Cyfirma, yang didukung Goldman Sachs dan berbasis di Singapura serta Tokyo, mengatakan kelompok peretasan China APT10, telah mengidentifikasi celah dan kerentanan dalam infrastruktur TI dan perangkat lunak rantai pasokan Bharat Biotech dan Serum Institute of India (SII). Keduanya merupakan pembuat vaksin terbesar di dunia.
"Motif sebenarnya di sini sebenarnya adalah mengeksfiltrasi kekayaan intelektual dan mendapatkan keunggulan kompetitif atas perusahaan farmasi India,” kata Kepala Eksekutif Cyfirma, Kumar Ritesh, dikutip dari Reuters, Senin (1/3).
Dia mengatakan, APT10 secara aktif menjadikan SII sebagai targetnya. SII merupakan pembuat vaksin AstraZeneca untuk banyak negara dan akan segera mulai memproduksi suntikan Novavax secara massal. "Dalam kasus Serum Institute, mereka telah menemukan sejumlah server publik mereka menjalankan server web yang lemah, ini adalah server web yang rentan," kata Ritesh.
"Mereka telah berbicara tentang aplikasi web yang lemah, mereka juga berbicara tentang sistem manajemen konten yang lemah. Ini cukup mengkhawatirkan," sambung Ritesh.
Baca juga : Mesin Pendingin Rusak, Vaksin di Jepang Terbuang Percuma
Sementara itu, kementerian luar negeri China tidak segera membalas permintaan komentar atas kejadian ini. SII dan Bharat Biotech juga menolak berkomentar. Tim Tanggap Darurat Komputer India yang dikelola pemerintah, yang menurut Cyfirma telah diberi tahu soal temuan itu, pun tidak segera berkomentar.