REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela telah menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 Sinopharm China untuk melawan virus corona baru, kata kementerian kesehatan negara Amerika Selatan itu pada Senin (1/3), setelah mulai memberikan vaksin Sputnik V Rusia bulan lalu.
Kementerian kesehatan Venezuela tidak merinci berapa banyak dosis Sinopharm yang akan diperolehnya atau kapan vaksin itu akan tiba. Presiden Nicolas Maduro sebelumnya mengatakan negara itu sedang dalam pembicaraan dengan China mengenai kemungkinan penggunaan vaksin asal negara tirai bambu itu.
"Berkat kerja sama antara China dan Venezuela, kami dapat memperhatikan kesehatan dan kehidupan rakyat kami," tulis kementerian kesehatan di Twitter.
Venezuela mengatakan menerima 100.000 dosis pertama Sputnik V pada 13 Februari, dan telah menginvestasikan 200 juta dolar atau Rp 2,8 triliun untuk membeli 10 juta dosis di negara berpenduduk sekitar 25 juta itu. Seorang penasihat pemimpin oposisi Juan Guaido, yang diakui oleh puluhan negara sebagai presiden sah Venezuela, mengatakan pekan lalu bahwa negara itu dapat mulai menerima vaksin virus corona melalui program Covax global pada Mei.
Maduro belum secara terbuka mengonfirmasi bahwa pejabat pemerintah telah terlibat dalam pembicaraan itu. Negara OPEC yang dulunya makmur itu sedang mengalami keruntuhan ekonomi yang dramatis yang telah membuat sistem perawatan kesehatannya berantakan.
Akademi Kedokteran Nasional Venezuela mengatakan pada Senin (1/3) bahwa negara tersebut telah mengamankan pasokan vaksin yang cukup untuk menginokulasi sekitar 38 persen populasi, tingkat terendah kedua di Amerika Latin dan hanya di atas El Salvador. Data resmi menunjukkan Venezuela telah mencatat 139.116 kasus virus corona dan 1.344 kematian. Politisi oposisi mempertanyakan angka-angka itu, dengan alasan pengujian tidak cukup.