REPUBLIKA.CO.ID,DHAKA - Bangladesh kembali memindahkan hampir 4.000 lebih pengungsi Muslim Rohingya ke teluk terpencil di pulau Bengal, Rabu (3/2) waktu setempat. Relokasi ini tetap dilakukan meski ada keluhan dari kelompok hak asasi manusia yang prihatin tentang kerentanan pulau terhadap bencana badai dan banjir.
Sejauh ini Dhaka telah merelokasi lebih dari 10 ribu orang ke pulau Bhasan Char di Bengal sejak awal Desember. Mereka dipindahkan dari kamp-kamp perbatasan yang penuh dengan situasi memprihatinkan seperti gubuk yang bobrok di lereng bukit yang rata.
"Hari ini 2.254 orang Rohingya tiba dan besok kami mengharapkan 1.700 lebih," kata pejabat Angkatan Laut Rashed Sattar dari pulau itu. Bangladesh mengatakan relokasi itu dilakukan sukarela, tetapi beberapa pengungsi dari kelompok pertama yang pergi ke sana pada awal Desember berbicara tentang pemaksaan.
Pemerintah telah menepis kekhawatiran keamanan di pulau itu. Dhaka beralasan sudah mendirikan pembangunan pertahanan banjir serta perumahan untuk 100 ribu orang, rumah sakit dan pusat topan.
Pemerintah Bangladesh juga mengatakan, kepadatan yang berlebihan di kamp-kamp pengungsi memicu kejahatan. Sementara beberapa orang Rohingya mengatakan kekerasan yang sering terjadi di kamp telah mendorong mereka untuk pindah.
Begitu mereka tiba di Bhasan Char, Rohingya tidak diizinkan meninggalkan pulau yang berjarak beberapa jam perjalanan dari pelabuhan selatan Chittagong. Kendati begitu, Bangladesh menuai kecaman karena keengganan untuk berkonsultasi dengan badan pengungsi PBB dan badan bantuan lainnya atas relokasi tersebut.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan badan tersebut belum diizinkan untuk mengevaluasi keselamatan dan keberlanjutan kehidupan di pulau itu. "Proses relokasi Rohingya akan terus berlanjut, mereka pergi ke sana secara sukarela untuk kehidupan yang lebih baik," kata Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, melalui telepon dari Cox's Bazaar di tenggara Bangladesh.
"Prioritas utama kami adalah memulangkan mereka ke Tanah Air," katanya menambahkan.
Bangladesh telah meminta Myanmar untuk melanjutkan proses yang mandek dalam memulangkan pengungsi Rohingya secara sukarela. Ini terjadi karena tekanan internasional meningkat pada para pemimpin militer menyusul kudeta sehingga mengurangi harapan para pengungsi untuk kembali ke tempat asal Myanmar.
"Berapa lama kami akan tinggal di sini di bawah terpal?" kata seorang pengungsi berusia 39 tahun yang pindah pada Rabu bersama keluarganya. "Sedikit harapan yang kami miliki untuk kembali ke Tanah Air kami hancur setelah kudeta," kata dia,