REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setidaknya ada sepuluh ribu anak menjadi korban pelecehan seksual pendeta dan petugas terkait dari Gereja Katolik di Prancis sejak tahun 1950-an. RT mengutip laporan pendahuluan komisi independen yang melakukan investigasi kasus kriminal tersebut. “Mungkin korban tersebut mencapai setidaknya sepuluh ribu,”ujar Kepala Komisi Independen Jean-Marc Sauve kepada AFP.
Komisi independen tersebut terdiri dari 22 orang yang merupakan profesional, dokter, sejarawan, sosiolog, hingga teolog. Tim ini dibentuk Keuskupan Katolik Prancis pada 2018 setelah adanya sejumlah skandal berseri yang melibatkan pendeta hingga mengejutkan negeri pimpinan Presiden Emmanuelle Macron itu.
Pada Juni 2020, laporan itu menjelaskan, sejumlah anak-anak yang menjadi korban pelecehan mungkin berjumlah tigaribu orang. Laporan tersebut juga menyatakan, setidaknya ada 1,500 pejabat pendeta dan gereja terlibat dalam kasus pelecehan. Mereka dilarang kemanapun terlibat di dalam pelecehan selama satu dekade.
Korban tersebut didasarkan pada kesaksian sukarela yang dikumpulkan oleh komisi sejak 2019 melalui sebuah platform spesial. Sauvue percaya jika akun-akun ini belum menggambarkan jumlah total yang sebenarnya dari kasus pelecehan tersebut.
Para investigator sudah mengumpulkan sebanyak 8.500 keasaksian. Mereka juga menumpulkan data anak-anak yang menjadi korban pelecehan yang telah meninggal dunia.
Tak hanya itu, investigator juga masih mencari data korban yang memilih tidak berbicara dengan mempelajari dokumen gereja. “Ada sistem pelecehan yang nyata terhadap institusi Katolik dan komunitas agama,” ujar dia seraya menambahkan, jumlah yang ada hanya merepresentasikan bagian kecil dari jumlah keseluruhan dari kasus ini yang sudah disadari oleh para investigator.
Menurut Sauve, para investigator akan memberi laporan final pada akhir September atau awal Oktober 2021.