REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Peneliti mengatakan tentara dan polisi Myanmar menggunakan media sosial TikTok untuk mengancam pengunjuk rasa anti-kudeta militer. Aplikasi berbagi video itu pun mengumumkan akan menghapus konten yang mendorong kekerasan.
Kelompok hak digital Myanmar Myanmar ICT for Development (MIDO) mengatakan telah menemukan 800 video pro-militer yang mengancam akan membunuh pengunjuk rasa. Saat kekerasan terhadap demonstran telah menewaskan 38 orang. "Ini hanya ujung puncak esnya saja," kata direktur eksekuti MIDO Htaike Htaike Aung, Kamis (4/3).
Ia mencatat ada 'ratusan' video tentara dan polisi tanpa seragam yang mengancam kekerasan. Juru bicara angkatan bersenjata dan militer Myanmar tidak menjawab permintaan komentar.
Kantor berita Reuters melihat salah satu video ancaman yang muncul bulan Februari lalu. Dalam video itu terlihat seorang laki-laki dengan kaus tentara memegang senjata laras panjang ke kamera. "Saya akan akan tembak wajah kalian dan saya akan gunakan peluru tajam," katanya pada pengunjuk rasa.
"Saya akan berpatroli keliling kota malam ini dan saya akan tempat siapa pun yang saya lihat, jika kalian ingin menjadi martir, saya akan penuhi keinginan kalian," tambahnya.
Baca juga : Demokrat: Moeldoko Pertontonkan Arogansi Kekuasaan
Orang yang dalam video tersebut tidak dapat dihubungi dan tidak dapat dipastikan apakah ia dan orang lain yang muncul dalam video itu anggota angkatan bersenjata atau bukan. TikTok media sosial terbaru yang menjadi wadah ujaran kebencian dan ancaman di Myanmar.
Sebelumnya Facebook telah menutup semua halaman yang bertautan dengan angkatan bersenjata Myanmar. Halaman akun militer Myanmar sendiri sudah ditutup.
"Pedoman Komunitas kami sudah jelas kami tidak mengizinkan konten yang memicu kekerasan atau informasi palsu yang membahayakan, berkaitan dengan Myanmar kami telah dan akan terus menghapus semua konten yang mendorong kekerasan dan penyebaran informasi palsu dan memantau dengan agresif untuk menghapus konten-konten yang melanggar pedoman kami," kata TikTok dalam pernyataannya.
Dalam kebijakan penggunaannya TikTok melarang pengguna menampilkan senjata di konten mereka kecuali di 'lingkungan yang aman'. Reuters melihat puluhan video pria berseragam dan terkadang dengan senjata, mengancam pengunjuk rasa yang menuntut militer mengembalikan kekuasaan pada pemerintah sipil Aung San Suu Kyi yang kini berada dalam tahanan.