REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan, pemerintah Jepang akan memperpanjang status keadaan darurat untuk masih memerangi penyebaran virus corona tipe baru atau Covid-19 di Tokyo dan tiga prefektur hingga 21 Maret. Hal itu mengindikasikan dua pekan keadaan darurat yang lebih lama dari jadwal sebelumnya.
Di bawah keadaan darurat, pemerintah telah meminta restoran dan bar tutup pukul 20.00 dan berhenti menyajikan alkohol satu jam lebih awal. Orang-orang juga diminta untuk tetap tinggal di rumah setelah jam 20.00 kecuali mereka memiliki alasan penting untuk pergi keluar.
Prefektur Tokyo, Chiba, Kanagawa dan Saitama, yang merupakan 30 persen dari populasi negara itu, meminta perpanjangan waktu melewati tanggal akhir yang semula dijadwalkan pada 7 Maret. Hal itu dikarenakan kasus virus corona baru tidak menurun.
"Pemerintah mengadakan pertemuan pagi dengan para penasihat dan mereka menyetujui perpanjangan waktu," kata Nishimura pada Jumat (5/3).
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada pukul 21.00 waktu setempat setelah pemerintah secara resmi memutuskan perpanjangan waktu. Fuji TV, mengutip seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya, melaporkan pada Jumat (5/3), bahwa perpanjangan lain hingga akhir Maret bisa saja terjadi.
Pemerintah ingin menjinakkan penyebaran virus sebagai persiapan untuk Olimpiade Tokyo dengan hanya empat setengah bulan sampai dimulai. Atlet asing dilarang memasuki Jepang untuk berlatih menjelang Olimpiade selama keadaan darurat.
Namun, belum jelas apakah larangan tersebut akan tetap berlaku selama perpanjangan untuk wilayah Tokyo, sementara perintah tersebut telah dicabut untuk seluruh negara. Pembatasan saat ini memiliki cakupan yang lebih sempit daripada yang diberlakukan dalam keadaan darurat pada musim semi tahun lalu ketika sekolah dan bisnis yang tidak penting sebagian besar ditutup.
Tokyo melaporkan 279 kasus pada Kamis (4/3), dibandingkan dengan rekor tertinggi 2.520 pada 7 Januari. Secara nasional, Jepang telah mencatat sekitar 433 ribu kasus dan 8.050 kematian akibat Covid-19 hingga Rabu (3/3).