Ahad 07 Mar 2021 21:25 WIB

Menlu China: Tuduhan Genosida pada Uighur tak Masuk Akal

China membuka diri bagi siapa saja yang ingin menyaksikan kamp Uighur.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Endro Yuwanto
 Menteri Luar Negeri China Wang Yi (tengah).
Foto: AP/Francis Malasig/POOL European Pressphoto A
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi membantah tuduhan bahwa negaranya melakukan genosida terhadap etnis Muslim Uighur. Dalam konferensi pers yang digelar Ahad (7/3), ia menganggap tuduhan itu sangat tidak masuk akal.

Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS), telah menggunakan istilah genosida untuk menggambarkan perlakuan China terhadap orang Uighur. Istilah genosida mencuat di tengah semakin banyak bukti pelanggaran di kamp khusus orang Uighur di Provinsi Xinjiang.

Baca Juga

China dituduh melakukan sterilisasi paksa terhadap perempuan Uighur dan memisahkan anak dari keluarga mereka. Investigasi BBC menunjukkan, orang Uighur digunakan sebagai pekerja paksa dan telah mengungkapkan tuduhan pemerkosaan dan penyiksaan sistematis.

China melarang televisi BBC World News meliput masalah Uighur dan virus corona. PBB menyatakan, setidaknya satu juta anggota minoritas Muslim ditahan di kamp-kamp tersebut, yang menurut China memberikan pelatihan kejuruan dan bertujuan untuk memberantas ekstremisme.

Wang Yi mengatakan, politisi Barat memilih untuk percaya kebohongan tentang apa yang terjadi di Xinjiang. Ia menyatakan, negaranya membuka diri bagi siapa saja yang ingin menyaksikan kamp Uighur.

"Apa yang disebut 'genosida' di Xinjiang sangat tidak masuk akal. Itu adalah rumor dengan motif tersembunyi dan kebohongan total," kata Wang Yi seperti dikutip kantor berita Reuters pada Ahad (7/3).

Wang Yi justru merujuk catatan hak asasi manusia ketika disindir soal genosida terhadap Uighur. Ia mengungkapkan kasus-kasus genosida yang pernah terjadi bukanlah di negaranya.

"Ketika berbicara tentang 'genosida', kebanyakan orang berpikir tentang penduduk asli Amerika Utara di abad ke-16, budak Afrika di abad ke-19, Yahudi di abad ke-20, dan penduduk asli Australia yang masih bertempur hingga hari ini," ujar Wang Yi.

Di sisi lain, Wang Yi meminta AS untuk menghapus pembatasan yang tidak masuk akal bagi China. Tujuannya untuk meningkatkan kerja sama antarnegara.

"Diharapkan Amerika Serikat dan China akan bertemu satu sama lain dan mencabut berbagai pembatasan tidak masuk akal yang diberlakukan pada kerja sama China-AS hingga saat ini secepat mungkin. Kami tidak ingin menciptakan hambatan baru secara artifisial," kata Wang Yi menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement