REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan ketika mereka melakukan penggerebekan pada malam hari di kota Yangon. Aksi penggerebekan terjadi pasca-protes terbaru terhadap kudeta bulan lalu.
Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan sejak militer menggulingkan dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Demonstrasi dan pemogokan harian telah mencekik bisnis dan melumpuhkan pemerintahan.
Lebih banyak demo direncanakan pada Ahad (7/3) setelah media lokal melaporkan bahwa polisi menembakkan peluru gas air mata dan granat setrum untuk membubarkan demo di Yangon. Walau begitu, tidak ada laporan korban jiwa.
Kelompok protes Komite Serangan Umum Nasional mengatakan demonstrasi selanjutnya akan diadakan di Yangon, Mandalay, dan Monywa. PBB mengatakan pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 50 orang pengunjuk rasa.
Hingga Ahad kemarin, penduduk mengatakan tentara dan polisi bergerak ke beberapa distrik di Yangon. Mereka melepaskan tembakan. Mereka menangkap setidaknya tiga orang di Kota Kyauktada. Mereka tidak tahu alasan penangkapan itu.
"Mereka meminta untuk mengeluarkan ayah dan saudara laki-laki saya. Apakah tidak ada yang akan membantu kami? Bawa kami juga jika kamu ingin mengambilnya," teriak seorang perempuan ketika anggota keluarganya dibawa pergi tentara seperti dilansir dari Reuters pada Ahad (7/3).
Tentara juga datang mencari pengacara yang bekerja bagi Liga Nasional Suu Kyi. Tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Hal itu disampaikan seorang anggota parlemen yang sekarang dibubarkan, Sithu Maung, dalam sebuah posting Facebook.
Reuters tidak dapat menghubungi polisi untuk dimintai komentar. Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.