REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komandan Tinggi militer Amerika Serikat, Laksamana Philip Davidson menilai China dapat menginvasi Taiwan dalam enam tahun ke depan. Hal ini ia dasarkan karena Beijing mulai mempercepat langkahnya untuk menggantikan kekuatan militer Amerika di Asia.
Taiwan memang hidup di bawah ancaman invasi oleh China. Para pemimpin Taiwan memandang pulau itu sebagai bagian dari wilayah sendiri tanpa campur tangan China.
"Saya khawatir mereka (Cina) mempercepat ambisi mereka untuk menggantikan Amerika Serikat dan peran kepemimpinan kami dalam tatanan internasional berbasis aturan pada tahun 2050," kata perwira tinggi militer Washington di Asia-Pasifik itu dikutip laman Channel News Asia, Rabu (10/3).
"Taiwan jelas merupakan salah satu ambisi mereka sebelum itu. Dan saya pikir ancaman itu nyata selama dekade ini, pada kenyataannya, dalam enam tahun ke depan," katanya kepada komite Senat AS.
Taiwan memisahkan diri dari China pada akhir perang saudara 1949. Washington mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China pada 1979, tetapi tetap menjadi sekutu tidak resmi dan pendukung militer terpenting di pulau itu.
Mantan presiden Donald Trump merangkul hubungan yang lebih hangat dengan Taiwan saat dia berselisih dengan China tentang masalah-masalah seperti perdagangan dan keamanan nasional. Pemerintahan Joe Biden kemudian telah menawarkan Taiwan alasan untuk optimisme untuk dukungan lanjutan selain dari Departemen Luar Negeri AS. Dia mengatakan pada Januari bahwa komitmen AS ke pulau itu "kokoh".
Duta besar de facto Taiwan untuk AS secara resmi diundang ke pelantikan Biden. Ini adalah sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 1979.
Davidson mengatakan, China juga telah membuat klaim teritorial yang luas di Laut Cina Selatan yang kaya sumber daya dan bahkan mengancam pulau Amerika, Guam. "Guam adalah target hari ini, mengingat bahwa militer China merilis video simulasi serangan di sebuah pangkalan pulau yang sangat mirip dengan fasilitas AS di Diego Garcia dan Guam," ujarnya.
Dia meminta anggota parlemen untuk menyetujui pemasangan baterai anti-rudal Aegis Ashore di Guam, yang mampu mencegat rudal China paling kuat dalam penerbangan. "Guam perlu dipertahankan dan perlu dipersiapkan untuk ancaman yang akan datang di masa depan," kata Davidson.
Selain sistem pertahanan rudal Aegis lainnya yang ditujukan untuk Australia dan Jepang, Davidson meminta anggota parlemen untuk menganggarkan persenjataan ofensif untuk memberi tahu Cina bahwa biaya dari apa yang mereka upayakan terlalu tinggi.