Kamis 11 Mar 2021 11:57 WIB

Kematian Harian Covid-19 di Brasil Sentuh Angka Tertinggi

Total kematian akibat Covid-19 di Brasil mencapai 270.656 orang.

 Petugas kesehatan garis depan menerima dosis vaksin Oxford-AstraZeneca untuk COVID-19, di markas besar Oswaldo Cruz Foundation di Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu, 23 Januari 2021.
Foto: AP/Bruna Prado
Petugas kesehatan garis depan menerima dosis vaksin Oxford-AstraZeneca untuk COVID-19, di markas besar Oswaldo Cruz Foundation di Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu, 23 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Jumlah kematian harian Covid-19 di Brazil menyentuh angka tertinggi, yakni 2.286 kematian dalam sehari, menurut Kementerian Kesehatan pada Rabu (10/3). Tercatat 79.876 infeksi baru pada hari yang sama.

Dengan tambahan kasus baru ini maka secara keseluruhan mencapai lebih dari 11,2 juta infeksi, kata kementerian. Total kematian di Brasil, yaitu 270.656 orang, merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) pada Rabu mengatakan tingkat infeksi di Brasil mengkhawatirkan, yang disebabkan oleh varian baru Covid-19 sangat menular yang dikenal P1. PAHO juga menyerukan aturan kesehatan masyarakat di negara tersebut diterapkan lebih ketat.

"Kami khawatir dengan situasi di Brazil. Situasi itu memperingatkan ancaman lonjakan berulang: daerah-daerah yang sebelumnya dilanda Covid-19 parah masih rentan terhadap infeksi saat ini," kata Direktur PAHO Carissa Etienne saat konferensi pers.

Lambannya percepatan vaksinasi di Brasil menyebabkan kasus dan kematian Covid-19 meningkat tajam. Gubernur Negara Bagian Sao Paulo saat konferensi pers Rabu mengonfirmasi laporan Reuters yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech, China, ampuh melawan varian P1.

Presiden Jair Bolsonaro pada Senin (8/3) secara pribadi ikut serta dalam pembicaraan melalui video dengan para eksekutif Pfizer dan mencapai kesepakatan lisan soal pembelian vaksin dari perusahaan farmasi tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement