Jumat 12 Mar 2021 10:11 WIB

Liburan Bonus Vaksin, Cara Pintas Bagi yang Berduit

Liburan mereka tak sekadar melepas penat, tapi juga berburu vaksin.

Sejumlah wisatawan menikmati suasana Pantai Double Six di Seminyak, Badung, Bali, beberapa waktu lalu. Akhir masa liburan pada awal tahun baru 2021 dimanfaatkan oleh wisatawan yang didominasi wisatawan domestik untuk mengunjungi berbagai destinasi pariwisata di Pulau Dewata.
Foto: FIKRI YUSUF/ANTARA
Sejumlah wisatawan menikmati suasana Pantai Double Six di Seminyak, Badung, Bali, beberapa waktu lalu. Akhir masa liburan pada awal tahun baru 2021 dimanfaatkan oleh wisatawan yang didominasi wisatawan domestik untuk mengunjungi berbagai destinasi pariwisata di Pulau Dewata.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rr Laeny Sulistyawati

Jalan-jalan berlibur bukanlah hal yang aneh, utamanya untuk orang yang berkecukupan, bahkan kaya. Namun di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, liburan mereka tak sekadar melepas penat, tapi juga berburu vaksin. Sambil menyelam, bisa minum air sekaligus.

Jika sebagian besar masyarakat masih sabar menunggu surat dari dokter umum untuk mendapatkan vaksin Oxford, Pfizer, atau Moderna, beberapa orang super kaya London, Inggris, melewatkan antrean dengan menjelajah ke benua lain. Mereka bepergian ke tempat-tempat seperti Dubai, Uni Emirat Arab (EUA), sebagai destinasi ‘liburan vaksin’ selama sebulan termasuk penerbangan kelas satu, akomodasi, dan dua dosis inokulasi mulai dari  40 ribu Pounsterling. 

Biasanya, vaksinasi dimasukkan sebagai prasyarat sebelum berangkat untuk berlibur. Sekarang, sejumlah kecil pelancong menggabungkan liburan berjemur dengan satu atau dua suntikan. Layanan Hotel Knightsbridge Circle menjadi berita utama di seluruh dunia ketika mengeklaim dapat menerbangkan anggotanya ke EUA untuk vaksinasi.

“Sepertinya kami adalah pelopor program perjalanan mewah vaksin. Anda pergi selama beberapa pekan ke sebuah villa di bawah sinar matahari, dapatkan suntikan dan sertifikat Anda dan Anda siap pergi,” kata pendiri Knightsbridge Circle, Stuart McNeill seperti dikutip dari laman Standard.co.uk, Kamis (11/3).

Pihaknya mengenakan biaya keanggotaan tahunan sebesar  25 ribu Pounsterling kepada klien. “Kami telah melakukan vaksinasi selama beberapa pekan terakhir di UEA menggunakan Pfizer dan Sinopharm, yang membutuhkan jeda 21 hari antarsuntikan. Kami dapat mulai memberikan vaksin Astra Zeneca hari ini di India,” kata Mc Neill.

Baca juga : Demokrat Nilai Kubu KLB Hina Menkumham

Sejak berbicara dengan media dari The New York Times hingga VICE, McNeill mengatakan telah menerima lebih dari 2.000 aplikasi permohonan keanggotaan serta ribuan panggilan telepon, email, dan permintaan media sosial. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, terungkap bahwa hanya lima anggota Knightsbridge Circle, yang sudah menjadi penduduk EUA telah menerima vaksinasi Pfizer melalui layanannya. 

“Saya pikir setiap orang setuju bahwa keluar dari antrean untuk mendapatkan vaksin Covid-19 sangat tidak adil,” kata penyelenggara utama Just Treatment yang mengampanyekan akses yang adil untuk pelayanan kesehatan berkualitas tinggi.

Ia menambahkan, pandemi virus ini bersifat global di mana nyawa semua orang dalam bahaya. Jadi, ketika sebagian orang yang ingin mendapatkan nilai lebih untuk diri mereka, hal itu dinilai benar-benar menjijikkan. “Anda mengambil dosis dari penduduk lokal yang mungkin lebih membutuhkan dan telah dialokasikan untuk mendapatkan vaksin itu,” ujar dia.

Di Amerika Serikat (AS), dokter mengeklaim bahwa beberapa orang super kaya Hollywood mencoba untuk menyuap agar bisa menduduki peringkat teratas daftar vaksin Covid-19. Dokter Beverly Hills Robert Huizenga mengaku telah ditawari lebih dari 10 ribu dolar Amerika Serikat untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada seorang klien terkenal.

“Kami melihat orang-orang mencoba masuk ke profesi perawatan kesehatan atau di daftar staf di panti jompo sehingga mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin awal,” ujarnya.

Baca juga : Biden Teken UU Penanggulangan Covid-19, IHSG Dibuka Naik

Bahkan seorang taipan berusia awal 40-an tahun yang tidak disebutkan namanya mengeklaim bahwa dia adalah pengasuh ibunya yang sudah lanjut usia. Itu dilakukan demi mendapatkan suntikan Covid-19.

Lebih dari 80 negara telah memulai vaksinasi penduduknya, tetapi kekhawatiran berkembang bahwa sebagian besar negara kaya telah memonopoli sebagian besar pasokan yang akan diproduksi tahun ini. Diperkirakan dibutuhkan hingga 2024 vaksin Covid-19 untuk menjangkau negara-negara berpenghasilan rendah dalam jumlah yang cukup untuk mengurangi penularan Covid-19. 

Tidak hanya dipaksa menunggu, negara miskin juga dikenakan harga lebih tinggi untuk setiap dosisnya. Misalnya Uganda yang telah mengumumkan kesepakatan jutaan vaksin Covid-19 Astra Zeneca dengan harga 5 Pounsterling per dosis atau sekitar tiga kali lipat dari yang dibayarkan Uni Eropa untuk suntikan yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement