REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam peningkatan aksi kekerasan rasial yang menyasar warga Asia-Amerika di negaranya. Dia menyebut hal tersebut tak mencerminkan nilai AS.
"Terlalu sering, kita berbalik melawan satu sama lain. Pada saat ini, begitu banyak dari mereka, sesama orang Amerika, berada di garis depan pandemi mencoba menyelamatkan nyawa dan tetap saja, mereka masih dipaksa untuk hidup dalam ketakutan akan nyawa mereka hanya dengan berjalan di jalan-jalan di Amerika," kata Biden pada Kamis (11/3), dikutip laman The Week.
Dia mendesak agar aksi kekerasan terhadap warga Asia-Amerika dihentikan. "Itu salah, itu bukan Amerika, dan aksi tersebut harus dihentikan," ujar Biden.
Biden memiliki catatan tentang warga Asia-Amerika yang berperan dalam penanganan pandemi Covid-19. "Diperkirakan 2 juta orang Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik telah bertugas di garis depan krisis ini sebagai penyedia layanan kesehatan, sebagai penanggap pertama, dan dalam peran penting lainnya," ucapnya.
California State University telah membuat sebuah studi tentang aksi kriminal yang dimulai sebagai akibat dari bias etnis. Dalam prosesnya, mereka memperoleh bantuan data dari kepolisian. Studi itu menyimpulkan bahwa tingkat keseluruhan kejahatan rasial turun tujuh persen.
Kendati demikian, kejahatan rasial terhadap warga keturunan Asia meningkat dua kali lipat, dari 49 menjadi 122 kasus tahun lalu. Itu merupakan akumulasi yang tercatat di beberapa kota besar di AS seperti di New York dan Los Angeles.
Kelompok advokasi Stop AAPI Hate pernah melaporkan, terdapat lebih dari 2.800 kejahatan kebencian dan diskriminasi yang menargetkan warga Asia-Amerika di seluruh AS antara Maret dan Desember 2020.