Sabtu 13 Mar 2021 04:14 WIB

Thailand Tunda Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Sejumlah negara Eropa juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Nidia Zuraya
 Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19. ilustrasi
Foto: Jung Yeon-je / Pool via AP
Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand bergabung dengan Italia dan sejumlah negara Eropa lainnya, untuk sementara menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca Plc. Otoritas Thailand masih menunggu penyelidikan apakah hal itu dapat memicu pembekuan darah. 

Dilansir Bloomberg, Jumat (12/3), keputusan itu diambil, bahkan ketika regulator Eropa memperbarui dukungan mereka terhadap imunisasi yang dikembangkan oleh AstraZeneca, yang berbasis di Cambridge dan Universitas Oxford. Dengan mengatakan, tidak ada indikasi suntikan itu menyebabkan pembekuan yang dapat terjadi pada ribuan orang setiap tahun.

Baca Juga

Ini merupakan rintangan terbaru untuk vaksin, yang menambah kebingungan seputar hasil studi klinis awal dan penundaan pengiriman di Eropa. Dimana hal itu memicu perselisihan dengan Inggris, tempat perusahaan tersebut berada.

“Ini adalah dilema yang dihadapi para pemimpin ketika peristiwa keamanan vaksin terjadi,” kata seorang Profesor Keperawatan dan Kebidanan di University of Sydney, Julie Leask. 

“Ketika vaksin ditunda karena kejadian seperti itu, diperlukan beberapa saat untuk kepercayaan publik kembali, bahkan jika masalah yang kemudian ditemukan tidak terkait. Jadi ini bukanlah keputusan yang mudah.”

AstraZeneca tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Jumat (12/3). Perusahaan tersebut sebelumnya mengatakan, keamanan vaksin telah didemonstrasikan dalam uji klinis, sementara tinjauan terhadap lebih dari 10 juta rekaman tembakan tidak menemukan bukti peningkatan tingkat gumpalan, yang dapat menempel jauh di kaki atau berubah mematikan ketika mencapai paru-paru.

Pesan yang saling bertentangan itu, menyoroti ketegangan seputar peluncuran cepat vaksin untuk melindungi terhadap Covid-19, yang telah menewaskan 2,6 juta orang di seluruh dunia. 

Meskipun, vaksin AstraZeneca belum secara pasti dikaitkan dengan komplikasi serius, kekhawatiran tentang potensi efek samping membuat beberapa negara ragu atas vaksin yang dikembangkan dan diluncurkan dalam waktu kurang dari setahun.

Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-Ocha dan beberapa anggota kabinet yang dijadwalkan untuk mendapatkan suntikan AstraZeneca pada Jumat (12/3), menunda janji temu mereka setelah penangguhan di negara-negara Eropa, termasuk Norwegia dan Austria. Itu adalah hari dimana Thailand dijadwalkan untuk memulai peluncuran vaksin AstraZeneca yang menyumbang 61 juta dari 63 juta dosis yang telah dipesan oleh negara.

“Dalam menunda program vaksinasi, kami tidak mengatakan vaksin AstraZeneca itu buruk atau salah,” kata kepala Pusat Mutu Tinggi dalam Virologi Klinis di Universitas Chulalongkorn, Yong Poovorawan, dalam penjelasan kementerian kesehatan Thailand pada hari Jumat (12/3. 

“Kami menundanya untuk melihat laporan keamanan dan penyelidikan pembekuan darah,” tuturnya.

Penasihat Program Vaksinasi Kementerian Kesehatan Thailand, Piyasakol Sakolsatayadorn mengatakan, penangguhan Astra akan berlangsung dalam jangka pendek—kemungkinan paling lama dua pekan—dan negara akan terus menyuntik orang-orang yang berisiko dengan suntikan dari Sinovac milik China.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement