REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibeh berjanji akan segera menyediakan vaksin Covid-19 untuk seluruh warga yang berada di negaranya. Libya diketahui tengah menghadapi krisis akibat perpecahan politik.
"Vaksin akan diberikan kepada warga Libya, warga asing, dan pendatang," kata Dbeibeh saat menghadiri acara tentang Covid-19 di Tripoli pada Sabtu (13/3), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menyerukan warga tetap patuh mengenakan masker guna mencegah penyebaran virus yang semakin meluas. "Ini hal paling kecil yang bisa kami lakukan dalam upaya memberantas virus,” ujarnya.
Satgas penanganan Covid-19 Libya mengatakan pihaknya akan mengimpor 300 ribu vaksin bulan ini. Pada 2 Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan Libya bakal menerima 298.800 ribu dosis vaksin AstraZeneca.
WHO menyebut penyaluran vaksin tersebut merupakan bagian dari inisiatif Covax. Covax adalah sebuah program yang dipimpin WHO dan bertujuan menyediakan vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah serta menengah.
Sejauh ini Libya telah mencatatkan lebih dari 143 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 2.348 jiwa. Libya telah dilanda krisis sejak 2011, yakni ketika pemberontakan yang didukung NATO melengserkan mantan presiden Muammar Qadafi. Dia telah memimpin negara tersebut lebih dari empat dekade. Qadafi tewas setelah digulingkan.
Sejak saat itu, kekuasaan politik Libya terpecah dua. Basis pertama memusatkan diri di Libya timur, yang dikenal dengan Libyan National Army (LNA). Kubu LNA dipimpin Jenderal Khalifa Haftar. Sementara basis yang didukung PBB atau dikenal dengan Government of National Accord (GNA) berada di Tripoli.