Ahad 14 Mar 2021 16:37 WIB

Lebih dari 80 Demonstran Tewas di Tangan Junta

Lebih dari 2.100 orang ditangkap aparat terkait protes di seluruh Myanmar

Rep: Fergi Nadira/ Red: A.Syalaby Ichsan
Dalam file foto 15 Februari 2021 ini, seorang polisi membidik sasaran yang tidak diketahui selama penumpasan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta yang mengadakan unjuk rasa di depan Bank Ekonomi Myanmar di Mandalay, Myanmar.
Foto: AP
Dalam file foto 15 Februari 2021 ini, seorang polisi membidik sasaran yang tidak diketahui selama penumpasan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta yang mengadakan unjuk rasa di depan Bank Ekonomi Myanmar di Mandalay, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar mencatat lebih dari 80 orang tewas dalam gelombang aksi demonstrasi terhadap kudeta militer di seluruh kota - kota Myanmar. Sedikitnya, 13 orang meninggal pada Sabtu (13/3) yang termasuk hari paling berdarah sejak kudeta.

Saksi mata membeberkan, lima orang ditembak mati dan beberapa lainnya mengalami cedera ketika aparat kepolisian melepaskan tembakan di Mandalay. Dua orang juga dilaporkan tewas di pusat kota Pyay, sementara dua orang lagi tewas ditembak polisi di ibu kota komersial Yangon, serta tiga orang juga dilaporkan tewas di Yangon pada Sabtu malam.

"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang dengan orang-orang tak bersenjata," kata aktivis yang berbasis di Mandalay, Myat Thu. Dia mengatakan korban tewas termasuk seorang anak berusia 13 tahun.

Pengunjuk rasa lainnya, Si Thu Tun mengatakan dia melihat dua orang ditembak, termasuk seorang biksu Buddha. "Salah satunya terkena di tulang kemaluan, satu lagi ditembak mati hingga tewas," katanya.

Laman The Irrawaddy mengatakan, di antara mereka yang terluka akibat kekerasan aparat adalah penduduk Daw Pyone yang ditembak di kepala karena memberikan perlindungan kepada pengunjuk rasa muda yang berusaha bersembunyi dari petugas keamanan. Tentara dan polisi menyeret tubuhnya yang terluka menjauh dari rumahnya setelah mereka menembaknya. Pihak keluarga belum bisa memastikan kondisinya hingga kini.

Di Kotapraja Chauk di wilayah Magway, seorang pria dilaporkan ditembak mati ketika tentara dan polisi menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta pada sore hari Sabtu. Sedikitnya 13 pengunjuk rasa ditangkap.

Beberapa penangkapan lainnya juga dilaporkan di Yangon's Thingangyun, Mandalay's Mogok dan Shan State's Aung Pan. Sudah lebih dari 2.100 orang ditangkap aparat terkait protes di seluruh Myanmar.

Sementara wilayah Yangon, Mandalay, Magway dan Sagaing telah mengalami jumlah kematian tertinggi akibat kekerasan aparat. Banyak dari mereka yang terbunuh adalah pelajar berusia akhir belasan tahun yang ditembak di kepala.

Terlepas dari pembantaian terkait protes, pasukan keamanan rezim telah melakukan pembunuhan di luar hukum, penangkapan sewenang-wenang dalam penggerebekan larut malam, dan amukan. Dua anggota partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Yangon telah meninggal bulan ini selama penahanan militer.

Konvoi truk militer memasuki lingkungan sipil di Yangon dan daerah lain setelah tengah malam untuk menangkap politisi dan pegawai negeri yang menolak bekerja di bawah kekuasaan militer. Ketika mereka menghadapi perlawanan selama operasi penumpasan dan operasi larut malam, tentara dan polisi mengamuk dengan properti warga sipil. Mereka terlihat merusak kaca depan mobil, menghancurkan etalase toko, dan membuat kerusakan lainnya.

Memanasnya gelombang protes di Myanmar masih tidak ditanggapi junta dalam permintaan pernyataan resmi dari media-media internasional dan lokal. Siaran berita malam MRTV media yang dikelola Junta malah menyebut para pengunjuk rasa sebagai penjahat tetapi tidak merinci lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement