REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Media Iran melaporkan penyidik negara itu menduga Israel yang berada dibalik penyerangan kapal kontainer Iran pekan ini di Laut Mediterania. Jumat (12/3) lalu kapal Shahr e Kord terkena ledakan yang menyebabkan kebakaran kecil.
Pemerintah Iran mengatakan tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Dua orang sumber keamanan maritim mengatakan awalnya ada indikasi kapal tersebut sengaja diserang.
"Mengingat lokasi geografisnya dan cara kapal incar, kemungkinan kuat ini operasi teroris yang dilakukan oleh rezim Zionis (Israel)," kata seorang anggota tim penyidik Iran yang dikutip pada kantor berita semi resmi Nournews, Ahad (14/3).
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz tidak memberikan komentar secara langsung mengenai serangan tersebut saat memberikan pidato dalam sebuah webinar yang digelar partai Blue and White Sabtu (13/3) kemarin. Tetapi ia mengatakan Iran rutin mengirimkan senjata ke proksi-proksi yang mereka dukung di kawasan.
"Kami menggagalkan pasokan senjata dan perangkat lain yang berkaitan dengan pengembangan operasi dan kemampuan militer di darat, laut dan udara dan dengan ini saya tidak mengatakan kami melakukannya atau tidak melakukannya," kata Gantz.
Kantor berita milik pemerintah Iran melaporkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan aksi sabotas itu melanggar hukum internasional. "Langkah-langkah untuk mengidentifikasi pelaku aksi sabotase ini sudah ada dalam agenda," katanya.
Penyidik Iran mengatakan projektil peledak dapat ditembakan dari pesawat lalu menghantam kontainer yang berada di dek kapal. Perusahaan perkapalan Iran, IRISL mengatakan akan mengambil langkah hukum untuk mengidentifikasi pelaku serangan yang mereka sebut sebagai terorisme dan pembajakan.
Insiden ini terjadi dua pekan setelah kapal milik Israel MV HELIOS RAY terkena sebuah ledakan di Teluk Oman. Belum diketahui dampak ledakan tersebut. Pejabat Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan ledakan meninggalkan lubang di lambung kapal. Israel menuduh Iran dibalik serangan tersebut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika