Kekurangan tenaga kerja di bidang pertanian di Australia semakin terlihat setelah petani stroberi mengurangi penanaman karena takut tidak ada cukup orang untuk memanen nantinya.
Para petani juga berharap para mahasiswa dan pelajar di Australia mau bekerja sambilan memetik stroberi. Sementara di supermarket harga stroberi diperkirakan akan lebih mahal dari tahun-tahun sebelumnya.
Pembatasan perjalanan internasional karena adanya COVID-19 menyebabkan berkurangnya pekerja musiman di Australia yang kebanyakan berasal dari para backpacker yang datang menggunakan Working Holiday Visa (WHV).
Menurut Presiden Asosiasi Petani Stroberi Queensland, Adrian Schulz, selama ini 70 persen produksi stroberi di Australia dipanen oleh tenaga kerja dari para pekerja musiman ini.
Di kawasan Moreton Bay, Sunshine Coast dan Bundaberg di Queensland saja, menurut Schulz, selama musim dingin antara bulan Juni-Agustus diperlukan sekitar 7 ribu orang untuk memetik panenan stroberi.
"Ada banyak pemilik lahan yang sangat khawatir," katanya.
"Mereka sudah menurunkan jumlah tanaman yang ditanam sekitar 30 sampai 35 persen dari sebelumnya.
"Saya tahu ada beberapa pertanian yang memutuskan untuk tidak menamam sama sekali tahun ini.
"Stroberi mungkin akan jadi lebih mahal juga karena kalau kami tidak cukup punya pekerja untuk memetiknya, maka pasokan ke pasar juga akan sangat berkurang."
Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengatakan jumlah pekerja musiman yang ada di Australia saat ini hanya sekitar 40 ribu orang dari sebelumnya sekitar 160 ribu orang sejak COVID-19 mulai muncul tahun lalu.
"Di mana-mana kekurangan pekerja terjadi," katanya.
"Kami berusaha melakukan perencanaan pada musim ini tetapi juga berusaha membuat strategi untuk tahun depan dan sesudahnya."
Mahasiswa dan pelajar jadi sasaran
Salah satu rencana yang dilakukan para petani saat ini adalah merekrut para pelajar, mahasiswa atau anak-anak muda untuk mau memetik stroberi sehingga panenan tidak terlantar.
Menurut Adrian Schulz, para pelajar yang kebanyakan belajar online memiliki kelonggaran agar bisa bekerja musiman dan untuk sementara waktu.
"Kami menganjurkan kepada para pelajar ini untuk bekerja di perkebunan stroberi dan malamnya bisa belajar online," katanya.
"Bila pelajar ini harus ke sekolah atau kampus untuk bertemu dosen sehari dalam seminggu, kami bisa mengatur hal tersebut dengan mereka."
Juga ada kesempatan pelonggaran pembatasan waktu kerja bagi para mahasiswa internasional yang sudah berada di Australia saat ini bila mereka bekerja di sektor pertanian.
Biasanya para mahasiswa internasional hanya boleh bekerja 20 jam dalam seminggu selama masa kuliah tapi tidak memiliki batas waktu di masa liburan.
Seperti yang tertera pada situsnya, Departemen Pertanian Australia mengatakan akan berkoordinasi dengan Pasukan Perbatasan Australia untuk 'mengambil pendekatan fleksibel' namun hanya pada industri tertentu.
Mahasiswi asal Chile Natalie Ayala memutuskan tetap berada di Australia ketika perbatasan internasional ditutup tahun 2020.
"Banyak orang dari Eropa kembali ke negara mereka, tetapi saya tetap di sini karena di sini aman," katanya.
"Di Amerika Selatan, situasinya lebih buruk.'
Ayala kemudian bekerja selama beberapa minggu di perkebunan stroberi milik Adrian Schulz.
"Bagi saya ini adalah pengalaman baru, dan kalau Anda mengunjungi sebuah negara, Anda harus membuka diri untuk mengalami hal-hal baru," katanya.
Kedatangan pekerja dari Pasifik terhambat birokrasi
Para petani stroberi di Queensland sudah menyerukan tindakan cepat supaya ribuan pekerja dari negara-negara di kawasan Pasifik bisa segera masuk ke Australia untuk bekerja di sektor pertanian.
Menurut Adrian Schulz, keharusan karantina dan pembatasan jumlah kedatangan internasional telah memperlambat kedatangan para pekerja tersebut.
"Kami memahami bahwa semua orang ingin merasa aman dan kami juga harus memastikan mereka aman," katanya.
"Namun kami sebenarnya ingin membawa masuk orang-orang dari negara yang tidak memiliki COVID."
Menteri Pertanian David Littleproud mengatakan sekitar 25 ribu warga dari kawasan Pasifik sedang menunggu untuk masuk ke Australia namun pemerintah negara bagian yang memperlambat kedatangan mereka.
"Kami bisa menambah batas bagi visa mereka tetapi hanya setelah pemerintah negara bagian memberikan persetujuan soal keamanan dari sisi kesehatan," katanya.
Adrian Schulz ingin kerjasama yang lebih erat antara pemerintah federal dengan negara bagian dan menyebutkan masalah karantina yang ada saat ini 'sangat menyusahkan'.
"Mereka hanya mengizinkan enam tempat saja di Queensland bagi karantina di ladang pertanian dengan minimum 30 orang dan maksimum 80 orang di fasilitas yang ada," katanya.
"Ini bagus bagi pertanian besar namun tidak bagus bagi pertanian menengah dan kecil."
Adrian Schulz mengatakan ketika sedang menjalani karantina, para pekerja ini boleh bekerja namun terpisah dari yang lain yang sudah lama datang.
"Kita harus menempatkan pengawas sendiri untuk bersama dengan para pekerja selama 14 hari dan polisi Queensland juga harus berada di sana," katanya.
"Ini sangat membebani bagi pertanian kecil dan menengah untuk mengurusi birokrasi seperti ini."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel dalam Bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini