REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dokumen berisi kebijakan luar negeri pasca-Brexit menyebut Inggris keinginan ingin memperkuat pengaruhnya di negara-negara demokrasi di kawasan Indo-Pasifik. Pada saat sama mereka memelihara hubungan yang sudah kuat dengan Amerika Serikat (AS).
Dokumen setebal 100 halaman itu mengungkapkan kebijakan luar negeri Inggris terbesar setelah Perang Dingin tiga dekade lalu. Dokumen itu menempatkan Negeri Tiga Singa berhadap-hadapan dengan China.
Dokumen ini menetapkan bagaimana Perdana Menteri Boris Johnson membawa Inggris sebagai garda depan dalam upaya menopang tata dunia internasional berbasis kerja sama dan perdagangan. Dokumen itu menggambarkan Indo-Pasifik semakin menjadi pusat geopolitik dunia.
Di dokumen itu pemerintah Inggris menekankan pengerahan kapal induk ke kawasan tersebut. London juga mengumumkan kunjungan Johnson ke India pada bulan April mendatang setelah sempat tertunda.
Sejak menyelesaikan proses perpisahan dengan Uni Eropa pada akhir tahun lalu. Pemerintah Johnson berjanji dokumen yang berjudul 'Integrated Review' itu akan menunjukkan Inggris masih berpangaruh di panggung dunia dan menentukan era baru bagi negeri itu.
"Saya sangat optimistis dengan posisi Inggris di dunia dan kemampuan kami meraih kesempatan yang akan datang," kata Johnson dalam pernyataan yang akan ia sampaikan pada parlemen, Selasa (16/3) ini.