REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beijing dan sebagian besar wilayah utara Cina pada Senin diselimuti badai pasir terburuk dalam satu dekade, Senin (15/3). Kondisi ini memaksa pembatalan ratusan penerbangan.
Gedung pencakar langit di pusat kota Beijing tampak tidak terlihat dari pandangan di tengah debu dan pasir. Lalu lintas macet dan lebih dari 400 penerbangan dari dua bandara utama ibu kota dibatalkan di tengah angin kencang dan jarak pandang yang rendah.
Menurut Pusat Meteorologi Nasional, badai telah berkembang di Gurun Gobi di Wilayah Mongolia Dalam. Sekolah-sekolah telah disarankan untuk ditutup dan layanan bus ditambahkan untuk mengurangi keterpaparan penduduk terhadap kondisi tersebut.
Pusat Meteorologi Nasional memperkirakan pasir dan debu akan mempengaruhi 12 provinsi dan wilayah dari Xinjiang di ujung barat laut hingga Heilongjiang di timur laut dan kota pelabuhan pesisir timur Tianjin. "Ini adalah cuaca badai pasir paling intens yang pernah dialami negara kami dalam 10 tahun, serta mencakup wilayah terluas," kata pusat itu dalam sebuah posting di situsnya.
Badai seperti itu biasanya terjadi secara teratur pada musim semi saat pasir dari gurun barat bertiup ke arah timur, mempengaruhi daerah-daerah sejauh bagian utara Jepang. Penanaman pohon dan semak secara besar-besaran di daerah yang rapuh telah mengurangi efek pada bagian lain negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Tapi, perluasan kota dan industri, bersama dengan penambangan dan penggembalaan yang berlebihan, telah memberikan tekanan konstan pada lingkungan di seluruh Cina. Dengan campuran gurun dan padang rumput yang subur, Mongolia Dalam sangat rentan terhadap cuaca ekstrem akibat eksploitasi sumber daya.