REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Inspektur Jenderal Khusus untuk rekonstruksi Afghanistan John Sopko memperingatkan bila AS dan donor lain terus memotong bantuannya ke Afghanistan maka pemerintah negara Timur Tengah itu dapat ambruk. Lalu negara itu kembali terpuruk dalam kekacauan seperti yang terjadi pada 1990-an.
Peringatan Sopko ini disampaikan sebelum AS, Rusia dan negara-negara lain mulai menggelar perundingan untuk mencari solusi damai di Afghanistan yang sempat mengalami kebuntuan. Peringatan juga disampaikan sebelum pemerintah Presiden Joe Biden menghadapi tenggat waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 1 Mei mendatang.
"Sekitar 80 persen anggaran Afghanistan didanai AS dan donor-donor (internasional lainnya), bila, entah untuk alasan apa, para donor terus memotong bantuan, maka dapat mengakibatkan kehancuran pada pemerintah Afghanistan yang kami ketahui," kata Sopko, Selasa (16/3).
Ia memperingatkan 'sejarah dalam terulang kembali' seperti ketika anarki mengguncang Afghanistan usai Uni Soviet mengakhiri pendudukan 1979 hingga 1989 dan berhenti membantu pemerintahan negara itu. Kekacauan membukakan jalan bagi Taliban untuk berkuasa.
Kelompok itu memberikan perlindungan pada pemimpin Alqaidah Usamah Bin Ladeinn yang dianggap merencanakan serangan 11 September 2001. Invansi AS ke Afghanistan mengakhiri kekuasaan Taliban.
Baca juga : Stafsus Perintahkan Pejabat Kemensos Hilangkan Bukti Korupsi
Laporan Bank Dunia
Bank Dunia melaporkan bantuan internasional ke Afghanistan turun drastis dari 6,7 miliar dolar AS pada tahun 2011 menjadi 4,2 miliar dolar AS pada 2019.
Sopko menyampaikan laporan terbarunya di hadapan Komite Pengawas dan Reformasi House of Representative AS pada Selasa (16/3) ini. Laporan itu menyebutkan pada konferensi bulan November lalu para donor berjanji menggelontorkan bantuan sebesar 3,3 miliar dolar AS untuk warga sipil.
Dalam laporan itu Sopko mengatakan bila komitmen tersebut bertahan hingga 2024 maka bantuan untuk Afghanistan 15 persen lebih rendah dibandingkan janji yang disampaikan 2016 lalu. AS mengurangi bantuan ke Afghanistan secara bertahap.
AS berjanji memberikan 600 juta dolar AS untuk tahun ini, tapi tergantung pada progres perundingan damai antara Taliban dan perwakilan pemerintah Taliban. Bila bantuan itu hilang, Sopko mengatakan pemerintah Afghanistan akan kesulitan melawan Taliban dan ekstremis lainnya yang tidak mengikuti perundingan damai.
Bila pakta damai berhasil ditandatangani ia mencatat Bank Dunia menyatakan Afghanistan masih membutuhkan bantuan sebesar 5,2 miliar dolar untuk memelihara perdamaian. "Bahkan Taliban mengakui mereka membutuhkan bantuan asing, tanpanya, pemerintah ambruk," kata Sopko.
Baca juga : Inggris Ingin Saingi China di Indo-Pasifik