REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kementerian Kesehatan Spanyol sedang menyelidiki kematian seorang guru setelah menerima vaksin AstraZeneca. Selain itu, terdapat dua kasus pembekuan darah yang turut diselidiki.
Pada akhir pekan lalu, otoritas Spanyol mendeteksi satu kasus trombosis pasca-vaksinasi yang ditandai dengan trombosit darah rendah. Pada Rabu (17/3) lalu, Kementerian Kesehatan mengatakan mereka menemukan dua kasus serupa, salah satunya berakhir dengan kematian. Korban meninggal adalah perempuan berusia 43 tahun dan berprofesi sebagai guru.
Guru itu menerima suntikan pertama AstraZeneca pada awal Maret. Setelah divaksinasi, dia sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit kepala yang parah. Namun, dokter menyebut gejala itu adalah efek samping yang khas dan menyuruhnya pulang.
Menurut laporan media setempat, beberapa hari kemudian, perempuan itu kembali ke rumah sakit. Saat itu dokter menemukan pendarahan otak yang menyebabkan kematiannya. Pejabat kesehatan Spanyol bersikeras bahwa mereka sedang mempelajari tiga kasus terpisah. "Meski kejadian ini jarang terjadi, tapi bisa terjadi pada populasi umum," kata Kementerian Kesehatan Spanyol.
Spanyol telah menangguhkan penggunaan AstraZeneca pada Senin (15/3). Sejauh ini sudah terdapat 975.661 warga di sana yang menerima vaksin tersebut. Badan Obat-Obatan Eropa (EMA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap yakin bahwa manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada potensi risikonya.