Pembunuhan itu memicu protes dari para pendukung hak-hak sipil dan pemimpin politik, termasuk Biden. Dia mengutuk meningkatnya insiden diskriminasi dan kekerasan anti-Asia sejak awal pandemi Covid-19.
"Penembakan itu tampaknya berada di persimpangan kekerasan berbasis gender, misogini dan xenofobia," kata anggota parlemen negara bagian Georgia Bee Nguyen, seorang warga Amerika keturunan Vietnam, kepada surat kabar Atlanta Journal-Constitution.
Partai Demokrat tidak heran kekerasan di AS meningkat karena penggunaan bahasa oleh mantan presiden Donald Trump telah mengutarakan pernyataan yang membenci China. Termasuk menyebut virus corona sebagai "virus China", "wabah China", dan "Kung flu".
“Ketika politikus menggunakan istilah seperti 'virus China' atau 'Kung flu' untuk merujuk pada Covid-19, efeknya disengaja atau tidak adalah menempatkan target orang Amerika keturunan Asia," kata anggota parlemen AS Steve Cohen.
Stop AAPI Hate, sebuah kelompok yang dibentuk untuk memerangi peningkatan serangan selama pandemi telah mendokumentasikan lebih dari 2.800 akun kebencian anti-Asia pada 2020. Sebuah laporan oleh Center for the Study of Hate and Extremism bulan ini menunjukkan, kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 150 persen dari 2019 hingga 2020.