Pada hari Kamis (18/03), Rusia menjadi tuan rumah konferensi perdamaian antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Moskow, untuk mendorong terwujudnya gencatan senjata dan mengesahkan perjanjian pembagian kekuasaan di negara yang dilanda perang itu.
Konferensi perdamaian di Moskow diadakan setelah negosiasi antara pemerintah Afganistan dan Taliban di Doha, Qatar, tidak membuahkan hasil. Pertemuan serupa juga akan digelar Turki pada April mendatang.
AS dan Rusia serukan gencatan senjata
Konferensi Moskow dihadiri perwakilan khusus AS Zalmay Khalilzad bersama dengan para pejabat dari Pakistan dan Cina. Washington telah menyetujui peran Rusia dalam upaya negosiasi Afganistan.
Pejabat AS, Rusia, China, dan Pakistan mendesak perwakilan dari pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk berkomitmen segera melakukan gencatan senjata yang dituangkan dalam pernyataan bersama.
"Kami menyerukan kepada semua pihak yang terlibat konflik di Afganistan mengurangi tingkat kekerasan di negara itu dan meminta Taliban untuk tidak mengumumkan kampanye ofensif selama musim semi-musim panas," bunyi pernyataan itu.
Pihak-pihak yang mengupayakan perdamaian tersebut menambahkan bahwa Afghanistan harus mencapai kesepakatan "sesegera mungkin" untuk "mengakhiri lebih dari empat dekade perang di Afganistan."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berharap konferensi Moskow akan "membantu menciptakan kondisi untuk mencapai hubungan antar-Afganistan yang progresif," dan memperingatkan bahwa "penundaan lebih lanjut tidak dapat diterima."
Rencana pemerintahan sementara Afghanistan
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden saat ini sedang mempertimbangkan untuk menarik semua pasukan AS dari Afganistan pada 1 Mei mendatang, sesuai dengan kesepakatan Taliban dan Donald Trump.
Khalilzad berharap rakyat Afghanistan akan berkomitmen pada penyelesaian politik yang tidak hanya mencakup gencatan senjata, tetapi juga pembentukan pemerintahan sementara.
Rusia mendukung gagasan pemerintahan sementara Afghanistan, yang juga akan diisi oleh anggota Taliban. Pemerintahan sementara akan tetap berkuasa sampai pemilihan umum diadakan dan konstitusi baru dibuat.
Namun, Presiden Afganistan Ashraf Ghani menolak gagasan pemerintahan sementara, dengan alasan bahwa para pemimpin Afganistan hanya boleh dipilih melalui pemilihan. Taliban juga menyatakan skeptis terhadap gagasan tersebut.
Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri dan wakil pemimpin Taliban, mengatakan kepada peserta konferensi Moskow bahwa "Afganistan harus menentukan nasib mereka sendiri."
"Dunia harus memperhitungkan nilai-nilai Islam, kemerdekaan, dan kepentingan nasional rakyat Afganistan," kata Baradar.
Afghanistan dilanda kekerasan baru
Pembicaraan perdamaian di Moskow terjadi karena situasi keamanan di Afganistan semakin memburuk. Pada hari Kamis (18/3), sebuah bom meledak di pinggir jalan di Kabul dan menewaskan empat orang di sebuah bus yang membawa staf pemerintah.
Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Pemerintah Afganistan menyalahkan Taliban atas serangan terhadap pejabat pemerintah dan pasukan keamanan.
ha/gtp (AFP, Reuters)