REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin adalah "pembunuh". Erdogan berpendapat, pernyataan itu tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan sikap seorang presiden.
"Komentar Biden tentang Putin tidak lazim untuk seorang kepala negara," ujar Erdogan, dilansir Aljazirah, Sabtu (20/3).
Sebelumnya, dalam wawancara dengan ABC News, Biden mengatakan, Putin akan menghadapi konsekuensi karena mengerahkan upaya untuk intervensi pemilihan presiden AS pada November 2020. Berdasarkan laporan intelijen AS, Presiden Putin adalah tokoh yang bertanggung jawab di balik intervensi tersebut.
"Dia akan terima konsekuensinya," kata Biden kepada ABC News dalam wawancara yang disiarkan Rabu (17/3). Ditanya apa konsekuensinya, Biden berkata, "Anda akan lihat sebentar lagi."
Laporan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) pada Selasa (16/3) menyatakan, Presiden Putin menjalankan operasi untuk membantu Donald Trump dalam pemilihan presiden November lalu. Meskipun, laporan itu menunjukan tidak ada bukti bahwa ada aktor asing yang mengubah suara atau mengganggu proses pemungutan suara.
Selain masalah pemilu AS, Putin juga tengah berada dalam tekanan terkait peracunan dan pemenjaraan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Dia ditahan ketika tiba di Moskow pada Januari lalu, setelah melakukan perawatan medis dan pemulihan di Jerman usai diracun dengan zat saraf Novichok.
Banyak pihak menduga Navalny diracun oleh agen Rusia atas perintah Putin. Terkait kasus ini, AS menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Rusia.
Dalam wawancara dengan ABC News, Biden ditanya apakah menurutnya Putin adalah pembunuh. Biden pun menjawab "Ya, (saya menganggapnya pembunuh)".
Putin mengajak Biden untuk bicara empat mata. Rusia menginisiasi pembicaraan ini setelah Biden menyebut Putin sebagai pembunuh.
Putin mengatakan, dia siap membahas hubungan Rusia dan AS serta masalah lain seperti konflik regional pada Jumat (19/3) atau Senin (22/3). Presiden Putin mengusulkan untuk berbicara dengan Biden secara terbuka dan disiarkan secara langsung ke publik.
Kremlin mengatakan, tawaran Putin untuk berbicara dengan Biden dimaksudkan untuk mencegah rusaknya hubungan bilateral kedua negara. Juru bicara Presiden Putin, Dmitry Peskov mengatakan, Putin ingin mempertahankan hubungan baik antara AS dan Rusia.
"Dia ingin pembicaraan ini disiarkan ke publik untuk membantu meredakan ketegangan atas pernyataan Biden yang sangat buruk," ujar Peskov.
Peskov mengatakan, Gedung Putih belum memberikan tanggapan tentang tawaran panggilan telepon Putin. Menurut Peskov, sikap diam Gedung Putih berarti pertanda bahwa Biden menolak berbicara dengan Putin.
"Permintaan sudah dibuat. Tidak ada tanggapan berarti penolakan untuk berbicara," ujar Peskov.