Ahad 21 Mar 2021 00:45 WIB

Polisi Thailand Tembakan Water Canon ke Pengunjuk Rasa

Sekitar 1.000 orang berkumpul dekat kompleks bangunan istana.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Proters antipemerintah Thailand.
Foto: REUTERS/Jorge Silva
Proters antipemerintah Thailand.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand menembakan water canon ke pengunjuk rasa anti-pemerintah dari balik barikade yang terbentuk dari kontainer kapal dan kawat besi. Polisi berusaha menahan demonstran yang bergerak menuju Istana Raja di Bangkok.

Sekitar 1.000 orang berkumpul dekat kompleks bangunan istana yang ini berfungsi sebagai kediaman resmi Raja-raja Thailand dari abad ke-18 dan seterusnya. Istana Raja di Bangkok ini terletak di daerah yang bernama Sanam Luang atau Gelanggang Kerajaan.

"Kami sudah mempersiapkan petugas untuk menjaga ketertiban," kata deputi juru bicara Kepolisian Thailand Kissana Pattanacharoen, Sabtu (20/3).

Ia menolak mengungkapkan jumlah petugas yang dikerahkan untuk mengamankan unjuk rasa tersebut. Pattanacharoen mengatakan, kegiatan berkumpul melanggaran peraturan pembatasan sosial yang bertujuan menahan penyebaran virus korona.

Terlihat polisi anti huru-hara bergerak ke daerah pengunjuk rasa menggelar aksinya. Demonstrasi ini digelar setelah parlemen gagal meloloskan undang-undang untuk menyusun ulang konstitusi yang dirancang oleh militer.  

Salah satu tuntutan utama pengunjuk rasa agar konstitusi yang dirancang militer diubah. Sidang massal yang menentukan nasib pemimpin unjuk rasa dimulai pekan ini. Para aktivis didakwa pasal penghasutan dan menghina monarki.

Pengunjuk rasa menuntut para aktivis itu dibebaskan dengan menggambar wajah mereka di layang-layang yang mereka terbangkan selama unjuk rasa. Gelombang unjuk rasa yang dipimpin anak muda ini menjadi tantangan politik tersulit Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.

Pengunjuk rasa mengatakan Prayuth merekayasa proses politik yang memberinya status quo dan membuatnya tetap berkuasa setelah pemilihan 2019. Prayuth membantah tuduhan tersebut.

Demonstran juga melanggar tabu demokrasi Thailand dengan menuntut agar monarki direformasi. Mereka mengatakan konstitusi yang ditulis militer usai kudeta tahun 2014 memberikan terlalu banyak kekuasaan pada raja.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement